4.400 KK Terancam Krisis Air

Sumber:Koran Sindo - 04 Juni 2012
Kategori:Air Minum
SLEMAN– Operasional dua sistem jaringan air bersih di Kecamatan Prambanan, Sleman terhenti. Akibatnya, 4.400 kepala keluarga (KK) dari empat desa terancam krisis air bersih. 
 
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pada 2006 lalu di Kecamatan Prambanan dibangun tiga sistem jaringan air bersih. Operasionalnya mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk 5.200 KK. Tiga sistem itu yakni,di Desa Sambirejo untuk Sistem I dan digunakan bagi pememenuhan kebutuhan air bersih 1.700 KK di Desa Sambirejo dan 200 KK di Desa Bokoharjo. Lalu Sistem II yang beroperasi di Desa Sumberharjo untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebanyak 800 KK di Desa Sumberharjo.
 
Terakhir, Sistem III di Desa Gayamharjo guna memenuhi kebutuhan air bersih 1.300 KK Gayamharjo dan 1.200 KK di Desa Wukirharjo. Ketua II Pengelola Air bersih Mitra Tirta Sembada (MTS) Mujimin mengatakan,dari tiga sistem itu hanya Sistem II yang saat ini masih berfungsi.Untuk Sistem I sudah lama mangkrak karena terkendala biaya operasional seperti pembelian bahan bakar solar untuk menghidupkan mesin pompa. 
 
Sedangkan Sistem III tidak lagi berfungsi karena kerusakan jaringan dan mesin pompa. “Untuk Sistem I pada musim kemarau tahun kemarin dioperasionalkan dengan biaya swadaya. Tapi hanya satu bulan beroperasi karena terkendala bahan bakar dan perbaikan jaringan yang belum tuntas,”paparnya.
 
Guna mengantisipasi krisis air bersih,Pemkab Sleman diakui Mujimin sudah berupaya memberikan bantuan air bersih kepada warga.Tapi dana untuk bantuan air itu seharusnya bisa digunakan untuk alokasi lain, seperti bantuan biaya pengoperasional pembelian bahan bakar.“Kita juga berharap adanya bantuan perbaikan jaringan dan pembinaan manajemen pengelolaan,”paparnya. 
 
Kepala Desa Sambirejo Sukardi terpisah membenarkan kondisi tersebut. Bantuan air bersih melalui tangki-tangki dianggap hanya akan menimbulkan kecemburuan sosial,sehingga alokasi dana bantuan sebaiknya digunakan membantu biaya operasional pengelolaan jaringan. “Daripada bantuan tangki lebih baik untuk subsidi beli solar dan biaya operasional. Sebab kalau dibantu air dari tangki biasanya kurang adil, ada yang dapat ada yang tidak, serta berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial,” ujarnya mengingatkan. 
 
Dia memaparkan,dari delapan dusun yang ada di desanya, masih ada lima dusun yang kesulitan air bersih.Yaitu,Dusun Gunungsari,Nglengkong,Sumberwatu, Dawangsari,dan Mlakan. Sedangkan warga dari tiga dusun lain, Dusun Gedang, Kikis, dan Gunung cilik untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warganya memanfaatkan aliran air dari sumur bawah tanah. “Sebenarnya untuk pam (jaringan air Sistem I) mesinnya tidak masalah.Persoalananya di dana operasionalan, misalnya untuk pembelian solar perlu ada subsidi dari pemerintah,” ulasnya. 
 
Pantauan SINDO, dampak dari dua sistem jaringan air yang terhenti, pada awal musim kemarau ini warga mulai terlihat banyak membeli air bersih dari tangki swasta. Untuk satu tangki air bersih berkapasitas 5.000 liter, mereka harus mengeluarkan uang Rp100.000. Air sebanyak ini bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan selama satu bulan.
 
“Satu bulan ini warga sudah mulai beli air, mau bagaimana lagi sumur juga sudah mau kering. Kalau ada airnya sudah keruh,” ujar Siswanto, 51,salahsatuwargaDusun Nglengkong,Desa Sambirejo. muji barnugroho


Post Date : 04 Juni 2012