|
Kota Surabaya menjadi salah satu kota yang masyarakatnya telah berhasil mengelola sampah melalui program 3R (reduce, reuse, dan reycle)
dengan baik. Pemerintah Kota Surabaya juga dinilai mampu menggerakkan
warganya untuk mengolah sampah sehingga memiliki nilai investasi. "Kota Surabaya sudah one step ahead (selangkah lebih maju) dan menjadi role model (percontohan) bagi kota-kota lain. Makanya acara ini kita gelar di Surabaya,” kata Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya kepada wartawan di Hotel Shangri-La Surabaya, Selasa, 25 Februari 2014. Menurut dia, daerah-daerah lain perlu belajar kepada Surabaya agar bisa menjadikan pengelolaan sampah bernilai uang. Dia mencontohkan keberadaan bank sampah yang ada di Surabaya. “Surabaya punya pengalaman dalam investasi sampah. Termasuk melakukan kerja sama dengan Jepang,” ujar mantan Rektor Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua itu. Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Imam Santoso Ernawi, dalam kesempatan sama mengatakan, reduce menjadi titik kritis dalam penanganan sampah. "Kalau kita bisa mengurangi sampah dari sumbernya sebanyak-banyaknya, beban pengelolaan publik (untuk sampah) juga akan berkurang." Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, dalam pengelolaan sampah, yang paling banyak menyedot anggaran adalah biaya angkut. Alokasi anggaran bisa mencapai 50 persen. “Konsep kami, kalau kita bisa menyelesaikan di sumbernya, biaya angkut akan bisa dipotong.” Ditanya perihal kunci sukses keberhasilan Surabaya dalam hal pengelolaan sampah, salah satu wali kota terbaik di dunia ini mengatakan semuanya itu tidak lepas dari pendekatan yang dilakukannya kepada masyarakat ataupun sekolah. Risma mencontohkan program eco-school yang kini diterapkan banyak sekolah di Surabaya. Dengan program itu, lingkungan sekolah itu terbebas dari sampah kantung plastis bekas makanan atau minuman karena siswa-siswinya membawa kotak makan dari rumah. Post Date : 26 Februari 2014 |