Sampah Masih Menjajah

Sumber:surabayapost.co.id - 16 Juni 2013
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Surabaya baru saja berpesta pasca menerima penghargaan pengelolaan lingkungan terbaik di Indonesia berupa Piala Adipura Kencana 2013. Ini menjadi Piala Adipura ketujuh yang diraih Kota Pahlawan ini. Bangga?

Tentu saja senang  memiliki kota bersih, asri dan hijau dengan taman kota yang apik. Eits tunggu dulu, jangan ‘menepuk dada’, meski demikian masih ada bau tak sedap dan gunungan sampah di banyak sudut kota.

Ditilik dari jumlah duit, dari tahun ke tahun anggaran pengelolaan sampah Surabaya makin melangit. Pada 2013 ini kala usia Kota Pahlawan 720 tahun ini nilainya mencapai Rp 32,6 miliar. Ironis memang, sebab dari sisi volume, warga Kota Buaya ini tiap hari ‘menelurkan’ 8 ribu ton sampah. Ini membuktikan, bila persoalan sampah masih ‘abadi’ di Surabaya.

Jika satu orang menghasilkan 4 liter sampah per harinya, maka jumlah sampah di Surabaya mencapai 12.000 meter kubik (sekitar 6.000 ton). Artinya diperlukan truk pengangkut sebanyak 1.500 armada yang memiliki bak berukuran 8 meter kubik tiap harinya untuk mengangkut.

Beberapa terobosan memang mulai dilakukan meski dinilai masih ‘nanggung’. Saat ini, misalnya,  di Tempat Penampungan Akhir (TPA) Benowo sudah ada pengelolaan sampah kota dengan anggaran tipping fee senilai Rp 57,1 miliar untuk PT Sumber Organik (SO) sebagai pemenang lelang.

Sayangnya, kabar terbaru pengelolaan sampah di Benowo masih baru sebatas penataan sampah berupa teras siring, bukan diolah menjadi gas metan, pupuk organik dan listrik seperti yang dijanjikan PT SO.

Tak hanya itu, Surabaya juga membangun Super Depo Sutorejo seluas 1.400 meter persegi. Proyek yang menelan biaya sekitar Rp 3 miliar itu mampu mengolah 20 ton sampah per hari. Sampah yang masuk harus melewati sejumlah tahapan sebelum akhirnya berubah menjadi kompos dan bahan daur ulang lainnya.

Tahap pertama yaitu konveyor pemilahan I dan II. Sampah yang dipilah dilewatkan diatas konveyor berjalan layaknya yang ada di pabrik-pabrik. Di situ sudah berjajar beberapa tenaga pemilah lengkap dengan masker dan sarung tangan. Mereka bertugas memisahkan sampah organik dengan anorganik.

Selanjutnya  sampah yang bisa diproses menjadi kompos tetap berada di atas sabuk konveyor berjalan. Konveyor tersebut berujung pada mesin pencacah sampah di bagian atas gedung. Output yang dihasilkan berupa hasil cacahan sampah yang kemudian diangkut ke rumah kompos keputih untuk diproses menjadi pupuk kompos.

Kesadaran warga buang sampah di tempatnya juga masih minim. Memang ada kebijakan denda hingga Rp 50 juta bagi untuk pembuang sampah sembarangan di Surabaya. Sayang, belum pernah ada orang dihukum dengan aturan itu.

Berbeda dengan di Singapura yang benar-benar menegakkan aturan tentang denda.  Untuk sampah, misalnya, warga yang membuang sampah sembarangan, bisa terkena sanksi 300 dollar Singapura atau Rp 3 juta. Dalam dua tahun ke depan, Singapura menargetkan 60 persen sampah di daur ulang. Saat ini mereka sudah merealisasikan 57 persen sampah di daur ulang. Daur ulang di perumahan rata-rata 60 persen. Untuk sekolah rata-rata sudah 100 persen.



Post Date : 17 Juni 2013