|
Pencemaran air baku yang dialirkan ke Jakarta setiap tahunnya semakin
meningkat. Padahal, 82 persen pasokan air baku masih sangat tergantung
dari Waduk Jatiluhur, Jawa Barat.
Namun, kualitas air yang dialirkan dari Waduk Jatiluhur tersebut semakin berkurang karena tingkat amunia dalam air baku sudah melebihi ambang batas. Jika pada tahun 2010 tingkat amunia hanya sebatas 2,9 miligram per liter, maka pada satu tahun berikutnya kandungannya meningkat hingga 4,8 miligram per liter. Padahal ambang batas yang ditetapkan yakni hanya 1 miligram per liter. Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga Perusahaan Daerah (PD) PAM Jaya Wibisono Harisantoso mengungkapkan tingkat amunia pada air baku di Waduk Jatiluhur ke Jakarta setiap tahunnya semakin meningkat. “Kualitas air baku yang kita terima semakin lama semakin buruk. Terlebih dalam perjalanannya, banyak mengalami pencemaran. Karena banyak limbah yang dibuang di aliran Kanal Tarum Barat. Baik dari limbah rumah tangga maupun limbah pabrik,” kata Wibisono, Jakarta, Jumat (15/3). Kendati demikian, Wibisono menegaskan para pelanggan air bersih Palyja maupun Aetra tidak perlu khawatir terhadap kondisi air yang mengalir ke rumah mereka. Sebab, dalam pengolahan air baku menjadi air bersih untuk minum tetap mengacu pada baku mutu yang diatur dalam Keputusan Menteri No 492 tahun 2010 tentang Air Minum. Air baku diolah dengan menggunakan bahan kimia yang semakin banyak. Sehingga menyebabkan beban produksi pengolahan air bersih pun semakin meningkat. Supaya air bersih yang diterima pelanggan tetap aman dikonsumsi. “Air bersih yang sampai ke masyarakat sudah sesuai dengan aturan baku mutunya. Jadi sudah aman untuk dikonsumsi masyarakat. Meskipun akhirnya, Palyja dan Aetra harus mengeluarkan biaya produksi pengolahan air yang lebih tinggi karena menggunakan bahan kimia pembersih lebih banyak,” ujarnya. Langkah yang dilakukan PD PAM Jaya untuk menurunkan kandungan amunia yang tinggi dalam air baku, pihaknya harus berkoordinasi dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kedua institusi pemerintahan ini harus bisa menertibkan pihak-pihak yang mencemari sungai. Langkah lainnya, Wibisono mendukung rencana Pemprov DKI membangun pipanisasi air baku dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta. Dengan begitu, dapat mengurangi pencemaran air baku dalam perjalanannya ke Jakarta. Selain itu, langkah yang bisa diambil agar air baku di Jakarta tercukupi yakni dengan memanfaatkan 13 sungai yang mengalir di Jakarta. Sayangnya, kualitas air di ke-13 sungai tersebut tidak lebih baik dari yang ada di Waduk Jatiluhur. Karena itu, pihaknya menyarankan untuk membangun pengolahan air dengan sistem ultrafilterasi, yang mampu memproduksi air dengan harga kompetitif. Post Date : 18 Maret 2013 |