|
PADANG, KOMPAS — Korban jiwa akibat banjir terus berjatuhan. Hingga Selasa (10/12), selain satu orang masih dinyatakan hilang, seorang lagi yang ditemukan justru dalam keadaan meninggal dunia akibat banjir bandang yang terjadi di Nagari Malampah, Kecamatan Tigo, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Korban tewas adalah Anisa (15), dan seorang lagi Ijah (23), saudara korban, yang masih dalam pencarian. Perhitungan terakhir oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman sebagaimana disampaikan Wakil Bupati Pasaman Daniel, selain korban jiwa, juga sejumlah infrastruktur jalan dan jembatan serta irigasi lain yang rusak akibat banjir. Salah satu di antaranya kerusakan jalan provinsi ruas Lubuk Sikaping-Rimbo Malampah sepanjang 8,5 kilometer. Juga 9 hektar tanaman padi sawah di kecamatan beserta hilangnya hewan ternak, seperti tiga ekor sapi milik warga. Total, ada enam jembatan gantung akses warga kampung, 28 sarana irigasi, termasuk rusaknya tujuh sepeda motor milik warga. ”Kerugian seluruhnya mencapai Rp 21,5 miliar. Beberapa yang bisa dipulihkan, seperti jembatan gantung langsung berfungsi kembali pada Senin lalu,” kata Daniel. Untuk membantu menangani korban banjir, Pemkab dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman menyediakan waktu hingga 14 hari untuk mengusahakan penyelamatan korban dan pengungsi. Pasaman berada di wilayah paling utara Provinsi Sumbar yang berada di kompleks pegunungan Palamau, Sagau, dan Pasaman. Warga di lingkungan pedesaan masih mengandalkan infrastruktur darurat, termasuk jembatan gantung yang sangat rapuh jika banjir menerjang. Langganan banjir Sementara itu, sekitar 400 rumah di Kampung Cieunteung, Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, dilanda banjir sejak Senin sore lalu. Banjir terjadi karena luapan Sungai Citarum dan Cigado. Warga menilai pengerukan Citarum oleh pemerintah belum membuahkan hasil nyata. Dari pantauan Kompas, ketinggian air di Kampung Cieunteung masih sekitar 1 meter. Hampir semua rumah di wilayah itu terendam banjir. Meskipun begitu, sejumlah warga tetap bertahan di rumah mereka. Selain rumah, jalanan utama kampung juga terendam air sehingga aktivitas warga terganggu. Sejumlah warga, termasuk pelajar sekolah dasar yang kemarin menjalani ujian akhir semester, harus naik perahu kayu untuk keluar atau masuk kampung. Menurut Ade Subani (57), warga RT 02 RW 20 Desa Baleendah, banjir melanda wilayah itu sejak Senin sekitar pukul 17.00. Sebelumnya, wilayah Kabupaten Bandung memang diguyur hujan sejak siang. Kampung Cieunteung dikenal sebagai wilayah langganan banjir karena lokasinya yang terletak di dekat tiga sungai, yakni Citarum, Cikapundung, dan Cigado. Untuk mengantisipasi banjir, Pemkab Cilacap, Jawa Tengah, memperbaiki tanggul-tanggul sungai di empat kecamatan yang kritis dan berisiko jebol saat debit air melonjak. Sebanyak 50 bronjong dan 6.000 karung pasir dikirimkan untuk memperbaiki tanggul-tanggul yang rawan tersebut. Selain banjir, longsor juga membuat 225 keluarga di Desa Deliksari, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunung Pati, Semarang, Jateng, terus waspada. (HRS/HEN/NIK/GRE/RWN/GER/DIA/ODY) Post Date : 11 Desember 2013 |