Dalam peristiwa banjir di Indonesia kerap terlihat sungai-sungai dipenuhi sampah. Beberapa sungai itu dipasangi pengangkat sampah yang digerakkan oleh generator. Namun, saat banjir, generator tidak dapat digunakan karena terendam air. Padahal, pada saat itu sampah terkumpul banyak dan harus dibersihkan. Sri Rejeki
Hal ini mendorong Mamok Suprapto, dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, menggagas pengangkat sampah yang menggunakan aliran air sebagai tenaga penggerak. Dengan demikian, tidak perlu generator dan bahan bakar.
Idenya berasal dari alat pengangkat sampah dan kincir air yang lazim digunakan di luar negeri, tetapi belum banyak dimanfaatkan di Tanah Air. Ia lantas mengajak mahasiswanya mewujudkan gagasan ini sekaligus sebagai bahan tugas akhir skripsi sarjana S-1 dari Bahroni dan Alfiyansyah Setia Budi.
Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000, dari 80.235,87 ton sampah yang dihasilkan di 384 kota/kabupaten setiap hari, 4,2 persen diangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), 37,6 persen dibakar, 4,9 persen dibuang ke sungai, dan 53,3 persen tidak tertangani.
Dari hitungan itu ada 3.931,56 ton sampah dibuang ke sungai setiap hari. Selain mencemari air sungai, sampah juga bisa mengakibatkan banjir karena aliran air terhalang sampah.
Alat pengangkat sampah kreasi Mamok dan mahasiswanya terdiri atas kincir pengangkat sampah yang digerakkan oleh kincir penggerak. Kincir penggerak terhubung dengan roda gigi menggunakan tali karet.
Kincir penggerak berputar karena ada aliran air. Bilah kincir dibuat datar. Roda gigi menggerakkan roda gigi lain yang berukuran lebih kecil yang kemudian menggerakkan poros kincir pengangkat sampah. Roda gigi kecil menggerakkan kincir pengangkat sampah, tetapi dengan arah putaran berlawanan arah dengan kincir penggerak. Ini agar sampah dapat diangkat dan berpindah ke sisi sungai yang berlawanan.
”Dari sini kita buatkan talang untuk mengarahkan sampah yang terangkat agar mengalir ke tepi sungai. Dengan demikian, sampah yang terkumpul di tepi lebih mudah diambil untuk pengolahan selanjutnya,” kata Mamok, Jumat (18/1), di Solo.
Masih prototipe
Menurut Mamok, kincir pengangkat sampah ini memang masih dalam bentuk prototipe. Pihaknya terkendala dana untuk mewujudkan prototipe ini agar bisa dipakai di sungai atau aliran air.
”Untuk dipakai di sungai, kami memperkirakan perlu diameter kincir 2-4 meter dengan pemasangan di permukaan air atau tercelup ke dalam sungai, tetapi tidak sampai menyentuh dasar agar bisa tetap berputar. Alat ini untuk mengangkat sampah permukaan,” kata Alfiyansyah.
Menurut Bahroni, tim memilih bahan aluminium untuk kincir penggerak dan kincir pengangkat sampah karena ringan dan tahan karat. Hanya saja bilah kincir pengangkat sampah dibentuk seperti jaring agar air tetap jatuh.
Pada prototipe, diameter kincir pengangkat sampah 16 sentimeter dapat menghasilkan 29-30 putaran per menit dan mengangkat sampah 300 gram sekali angkut. Dengan diameter kincir 2-4 meter dan putaran 50-100 putaran per menit diperkirakan mampu mengangkat sampah 1 kilogram lebih.
Keuntungan pengangkat sampah dengan penggerak aliran air ini adalah tidak membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikan, perawatan mudah karena hanya perlu memberi oli pada as kincir, alat dapat ditempatkan di bagian hulu atau hilir sungai, dan tidak membutuhkan aliran air terlalu besar.
”Pada jarak-jarak tertentu sebelum pintu air dapat dipasang tiga hingga empat pengangkat sampah agar sampah tidak menumpuk di dekat pintu air,” kata Mamok.
Post Date : 26 Januari 2013
|