Warga
Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT),
sulit menemukan air bersih. Akibatnya, anak-anak mereka pun rela bertaruh nyawa
untuk mendapatkan air.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak di Desa Hameli
Ate pun berjuang keras. Meski mereka masih berusia sekolah, mereka ikut bersama
orang dewasa mengambil air dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer menuju
Gua Waeparoro.
Di bibir gua, mereka turun ke kedalaman 30 meter.
Bergelantungan pada akar kayu. Hanya berpegang pada batu cadas saat naik turun
dalam gua yang terjal.
Seolah-olah, ketakutan tak menghinggapi. Mereka
tetap tertawa dan bercanda. Mereka tetap gesit menjangkau dasar gua lalu
berjalan menuju mata air.
Mereka pun mulai menimba air ke dalam jeriken.
Sekali timba, mereka harus menguras tenaga untuk turun dan naik ke permukaan
tanah.
Sekolah pagi kerap terlambat. Sehabis pulang
sekolah, mereka kembali menimba air di dalam gua. Tampaknya rasa dahaga
mengalahkan ketakutan mereka meski perut kosong.
Sejumlah ibu pun melakoni hal serupa. Mereka
mengaku air itu untuk kebutuhan mencuci, memasak, meminum, dan kebutuhan
ternak. Mereka mengaku tak takut mati untuk mendapatkan air. Mereka sudah
terbiasa.
Puluhan tahun sudah, warga dari tiga kampung itu
bergantung pada air bersih dalam Gua Waeparoro. Warga mengaku medan terjal
memakan korban jiwa.
Pada 2010, seorang warga jatuh saat mengambil air.
Ia memegang akar kayu yang rapuh. Hingga akhirnya, ia terjerembab di batu cadas.
Ada pula korban cedera patah tulang. Tak hanya
orang dewasa, anak-anak pun mendapat musibah serupa.
Post Date : 26 Juni 2013
|