37.000 Keluarga Sulit Air

Sumber:Kompas - 16 Juli 2009
Kategori:Air Minum

Cilacap, Kompas - Sedikitnya 37.000 keluarga di Kabupaten Purbalingga, Cilacap, dan Banyumas, Jawa Tengah, kesulitan mendapatkan air bersih pada musim kemarau ini. Kesulitan itu disebabkan air permukaan mengering serta air sumur menyusut dan menguning sehingga tak layak dikonsumsi. Sebagian air sumur pun mulai terkena intrusi air laut.

Di Purbalingga, kesulitan air umumnya disebabkan menurunnya permukaan air sumur dan mengeringnya air permukaan. Kepala Bagian Hubungan Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Purbalingga Titin Kusriyati, Rabu (15/7), mengatakan sudah 36.000 keluarga di 47 desa yang tersebar di tujuh kecamatan yang meminta pasokan air bersih. Rencananya, pekan depan bantuan air bersih itu akan mulai dipasok.

Sebanyak 500 keluarga di Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, juga kesulitan air bersih karena air sumur terkena intrusi air laut. Kepala Desa Ujungmanik Supardan mengatakan, kini warga mencari air bersih ke desa tetangga di Desa Kubangkangkung yang jaraknya lima kilometer.

Menghadapi kekeringan yang mulai terjadi di Cilacap, pemerintah kabupaten (pemkab) menyiapkan bantuan air 1.000 lebih tangki.

Di Kabupaten Banyumas, kesulitan air bersih dialami setidaknya 500 keluarga di Desa Nusadadi dan Desa Karanggedang, Kecamatan Sumpiuh. Kesulitan air bersih di kedua desa itu disebabkan air sumur warga menguning.

Di Kabupaten Temanggung, pemberian bantuan air bersih di sejumlah wilayah yang kekurangan air dimulai minggu depan.

Krisis

Musim kemarau ini juga menyebabkan belasan bendung di wilayah pantai utara (pantura) Jateng di Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes mulai kritis. Air di bendung-bendung itu tidak mampu lagi memenuhi semua kebutuhan. Untuk menjaga ketersediaan air bagi sawah, petani melakukan sistem gilir.

Koordinator Pelaksana Alokasi Air Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Pemali Comal Dasirun mengatakan, dari 20 bendung di pantura, 14 bendung di antaranya kritis. Air di bendung-bendung itu hanya mampu memenuhi 30-82 persen kebutuhan air untuk petani di sekitarnya.

Debit air yang masuk ke Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka, Jabar, pun terus menyusut. Pada awal Juli, debit air masih 30 meter kubik per detik kini 17 meter kubik per detik. Penyusutan berlanjut jika tidak ada hujan di hulu Sungai Cimanuk.

Menurut Juru Pengawasan Bendung Rentang, Joko Suwondo, penyusutan debit air mulai terasa sejak akhir Juni.

Debit air di dua daerah irigasi utama di Purwakarta, yaitu Solokangede dan Cisomang, terus menurun sejak awal Juni.

Sementara itu, Pemkab Cirebon, Jabar, meminta bantuan Kepolisian Wilayah Cirebon untuk menjaga pintu-pintu air di irigasi induk. Penjagaan dilakukan untuk mengantisipasi konflik air yang mungkin terjadi pada musim kemarau. Bupati Cirebon Dedi Supardi, Rabu, mengatakan, jika tak dijaga petugas resmi, pintu air akan menjadi ajang rebutan di antara petani.

Di luar Jawa, Sulawesi Selatan pun terancam kemarau panjang akibat munculnya gejala La Nina. Heru Djatmika, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika, Makassar, memperkirakan, kemarau yang berlangsung mulai Mei bisa berakhir pada Desember.

Dari Mataram, Nusa Tenggara Barat, dilaporkan, 10 tahun ini debit air di tiga daerah aliran sungai utama di Pulau Lombok susut hingga 50 persen.(NAR/SEM/RUL/KOR/MDN/ EGI/WIE/HAN/MKN/NIT/ CHE/THT)



Post Date : 16 Juli 2009