|
BANJARBARU, BPOST - Pesatnya pertumbuhan permukiman dan penduduk di Banjarbaru berdampak signifikan terhadap tingginya produksi sampah rumah tangga dan pasar. Saat ini armada truk sampah yang dikelola Dinas Tata Kota (Distako) Banjarbaru, setiap hari sedikitnya mengangkut 30 ton sampah dari ratusan TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA) Hutan Panjang di kawasan Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Banjarbaru. Produksi sampah ini dinyatakan jauh lebih meningkat bila dibanding tahun-tahun sebelumnya yang tak lebih dari separonya. Akibatnya, lahan TPA (tempat pembuangan akhir) Gunung Kupang, kian menyempit. Dari 10 hektare yang dibuka, saat ini sudah terisi setengahnya atau 5 Ha. Berdasarkan data Distako Banjarbaru, sedikitnya ada 168 titik TPS yang tersebar dalam bentuk bak kayu, beton dan kontainer. Lokasinya di kompleks perumahan, pinggiran jalan strategis, fasilitas umum, taman kota ataupun pasar. Sampah di ratusan TPS tersebut diangkut oleh sepuluh dumtruk dan tiga truk bak kontainer ke TPA Gunung Kupang. Di antara truk tersebut ada yang beroperasi dua kali. "Kalau dihitung, rata-rata sehari 18 kali pengangkutan sampah oleh truk ke TPA," kata Kabid persampahan Distako Banjarbaru Noor Ramlan. Menurutnya, bila dihitung volume sampah yang terangkut ke TPA dalam sehari, satu truk paling sedikit menampung 6 meter kubik atau sekitar 2 ton sampah. Bila 18 kali pengangkutan, sehari berarti ada 36 ton sampah yang masuk ke TPA. Ramlan memperkirakan, dua tahun ke depan lahan TPA tak bisa lagi menampung sampah. Apalagi TPA tersebut hanya berfungsi sebagai tempat penumpuhan tanpa diolah sehingga tak ada pengurangan. Praktis limbah sampah terus menggunung. Harusnya Diolah TAK ada pengolahan limbah sampah, membuat sampah di TPA Hutan Panjang Gunung Kupang terus menggunung. TPA ini hanya sebagai tempat penumpukan. Truk mengambil sampah di TPS, kemudian sampah dibongkar ke TPA. Sampah cuma ditumpuk. Tak ada proses pemisahan sampah anorganik dan organik. Tumpukannya menyatu sehingga tak bisa diolah. Yunan (35), warga Sungai Ulin Banjarbaru sangat menyesalkan penumpukan tu. "Kenapa tak diolah. Padahal sampah ini bisa jadi potensi pendapatan daerah," kritiknya. Menurutnya, setidaknya ada dua kerugian bila sampah dibiarkan menumpuk begitu di TPA tanpa ada pengelolaan limbah yang bermanfaat. Sampah terus menumpuk dan praktis memakan lahan sebagaimana yang terjadi sekarang. Potensi nilai ekonomi sampah juga tak bisa didapat karena tak dikelola serius dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. "Sampah organik bisa dijadikan pupuk kompos. Ini jelas bernilai jual. Plastiknya, bisa didaur ulang. Itu artinya, volume sampah bisa berkurang. Jadi dengan pengolahan limbah, masalah keterbatasan lahan bisa diatasi lagi pula bisa menghasilkan pendapatan bagi daerah," katanya. (MTB/sar) Post Date : 27 April 2008 |