350 Rumah Terendam di Cirebon

Sumber:Kompas - 25 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Cirebon, Kompas - Banjir merendam sekitar 350 rumah Desa Babakan Losari Lor, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, dari Senin (23/2) hingga Selasa kemarin. Banjir itu terjadi karena air kiriman dari hulu Sungai Cisanggarung masuk ke saluran pembuangan warga akibat gagalnya fungsi pintu air.

Menurut warga, banjir terjadi pada Senin sekitar pukul 23.00. Saat itu hujan sudah mereda, tetapi air keluar dari gorong-gorong dan menggenangi jalan perkampungan dan rumah warga. "Air bahkan setinggi lutut di rumah kami, malam (Senin) tadi. Kasur, kompor, dan perabot semua terendam," kata Wahuri, warga RT 3 RW 6, Desa Babakan Losari Lor, sambil menunjukkan bekas air di dinding rumahnya.

Hingga Selasa sore, banjir masih menggenangi perkampungan warga, tetapi air mulai menyusut. Meski demikian, warga masih kesulitan mendapatkan air bersih karena air sumur belum bisa digunakan. Pada waktu yang sama banjir juga melanda Desa Tawangsari dan Mulyosari di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. Namun, banjir di dua desa tersebut belum sampai merendam rumah. Beton penahan arus di Sungai Cisanggarung ikut ambruk sebagian karena terdorong arus.

Menurut Himawan, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Cirebon, banjir terjadi karena klep pintu air di Sungai Cisanggarung tidak berfungsi akibat tersumbat sampah. Ende Supriyadi, petugas teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, menjelaskan, klep seharusnya menutup sempurna saat arus dari Cisanggarung penuh sehingga arus air akan diteruskan ke hilir. Namun, yang terjadi adalah klep tidak menutup sempurna karena terganjal sampah. Akibatnya, air dari Cisanggarung masuk ke perkampungan.

Rawan banjir

Kepala Dinas Pemberdayaan Sumber Daya Air Kabupaten Cirebon Achsanudin Adi mengakui, sejumlah daerah rawan banjir, salah satunya disebabkan alat pengendali air, seperti pintu air, klep, dan tanggul, di sejumlah wilayah tidak berfungsi maksimal. Alat pengendali yang tidak maksimal itu yakni klep di Babakan Losari Lor, tanggul di Desa Mulyasari, pintu air dan klep di Sungai Kumpulkuista, dan Ciwaringin.

Tidak maksimalnya fungsi alat pengendali air, menurut Adi, disebabkan kondisi alat yang mulai usang, bagian alat hilang atau dicuri, dan adanya gangguan sampah. Tanggul di Mulyasari, misalnya, mulai retak. Jika tanggul jebol, wilayah Losari bisa banjir.

Pihak BBWS kini mulai memperbaiki pintu air dengan membersihkan sampah dan melengkapi bagian alat yang hilang. Kepala Desa Babakan Losari Lor Abdul Rohim meminta semua warga siaga karena banjir kiriman bisa datang sewaktu-waktu. (NIT)



Post Date : 25 Februari 2009