|
GROBOGAN - Sedikitnya 350 pelanggan di Desa Sindurejo dan Toroh, Grobogan, kemarin tak dapat menikmati air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Grobogan yang disuplai dari instalasi pengolahan air (IPA) mini di Pilangpayung, Toroh. Sebab, bahan baku yang didapat dari irigasi teknis Sidorejo di desa itu sudah tidak ada lagi lantaran terkena program pengeringan. Kalau saluran ini dikeringkan sebulan, bisa dipastikan sejumlah pelanggan PDAM di daerah tersebut tidak dapat memanfaatkan air bersih untuk mandi, cuci, dan minum. Namun rencananya PDAM akan mengedrop air bersih ke Sindurejo, Toroh, dan sekitarnya sehingga kebutuhan air bersih dapat terpenuhi, meski tidak maksimal. Yanto (33), pelanggan di Sindurejo mengatakan, sejak Kedungombo ditutup total pada 1 Agustus lalu, air yang mengalir ke desa itu langsung mati. IPA mini di Pilangpayung tidak dapat diambil airnya untuk diolah karena tidak mendapat pasokan dari Kedungombo lewat Bendung Sidorejo, Geyer. Hal itu terjadi karena saluran dan tanggul yang rusak di lokasi itu sedang diperbaiki Balai Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Kudus, Jratunseluna, dan Dinas Pengairan. Perbaikan berlangsung sebulan. Karena itu, air Kedungombo tak dapat dialirkan ke bagian hilir, termasuk ke Toroh, Purwodadi, Penawangan, Klambu, dan lainnya. Bahkan semua jaringan irigasi Kedungombo di Demak, Kudus, dan Pati, juga dimatikan. ''Pokoknya semua saluran irigasi dari Bendung Sidorejo, Sedadi, dan Klambu ditutup total sehingga PDAM tidak mendapatkan bahan baku untuk diolah, kecuali yang dialirkan lewat Sungai Serang dan Lusi,'' katanya. Dia berharap sebagai ganti macetnya distribusi air bersih kepada pelanggan, PDAM mau mengedrop air bersih ke Sindurejo, empat hingga enam tangki per hari. Dirut PDAM Grobogan Mulyadi SP mengatakan, semua pelanggan di Sindurejo dan Toroh memang kekurangan air bersih. Sebab, tidak ada air baku yang bisa didistribusikan kepada pelanggan. Namun pelanggan di Gendingan, Krangganharjo, Depok, dan sekitarnya masih bisa disuplai melalui hidran umum di beberapa desa itu sehingga mereka tidak kekurangan. ''Suplai itu kami lakukan setiap malam, yaitu seusai melayani kebutuhan air bersih dari program Bagian Sosial Setda, empat hingga enam tangki,'' katanya. Namun yang tak bisa dijangkau dengan hidran, langsung didrop, meski setiap hari hanya dua hingga tiga tangki karena jumlah angkutannya terbatas. (A23-37n) Post Date : 08 Agustus 2006 |