|
Jakarta, Kompas - Ekspedisi Geografi Indonesia 2013 di kawasan Daerah Aliran Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Cikeas dimulai, Sabtu lalu. Ekspedisi selama seminggu itu akan memetakan aspek biotik, abiotik, dan kultur. Ekspedisi juga untuk mencari solusi mengatasi banjir Jakarta. Deputi Informasi Geospasial Tematik Badan Informasi Geospasial (BIG) Priyadi Kardono memaparkan, ekspedisi itu melibatkan para pemangku kepentingan dalam menganalisis fenomena banjir Jakarta hingga memperoleh solusi. Tujuannya, mencegah dan mengurangi kerugian akibat banjir. ”Hasil survei akan diserahkan kepada pemerintah daerah setempat, terutama DKI Jakarta,” ujarnya. Banjir DKI Jakarta perlu penanganan komprehensif agar penanganannya tepat sasaran. Dari sisi informasi spasial, peta yang akan dibuat antara lain tentang perubahan tutupan lahan, kemiringan lereng, dan geomorfologi. Terkait peta tematik kondisi sosial juga akan dibuat, antara lain tentang sebaran penduduk dan peta kemiskinan. Ekspedisi bertema ”Selamatkan Jakarta dari Banjir dan Menjamin Ketersediaan Sumber Air Baku” itu diprakarsai BIG. Pelepasan Tim Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI) 2013 di Lapangan Sangga Buana Lebak Bulus Jakarta, Sabtu lalu, melibatkan 30 pakar dari lembaga riset seperti LIPI, Kementerian PU, dan Kementerian Kehutanan, serta perguruan tinggi seperti UI, ITB, UGM, dan Unisma. Tim ekspedisi ini terdiri dari ilmuwan geografi, geologi, biologi, hidrologi, antropologi, dan sosiologi. Ekspedisi menjelajahi lima sungai yang melewati DKI Jakarta, yaitu Ciliwung, Cikeas, Bekasi, Cisadane, dan Pesanggrahan. Survei dilakukan di beberapa lokasi, mulai dari hulu hingga hilir, sehingga daerah cakupannya meliputi wilayah Jabodetabek dan Cianjur. Rekayasa sosial Kepala BIG Asep Karsidi menekankan pentingnya meneliti aspek sosial budaya. ”Apabila kita dapat memahami sikap hidup dan perilaku masyarakat DAS, maka dapat merekomendasikan rekayasa sosial sehingga dapat mendukung program penyelamatan dan pemanfaatan sumber daya air,” papar dia. Dari aspek biotik dan abiotik dapat diketahui interelasi dan integritas tiap DAS dan pola aliran sungainya, termasuk pula fungsi hidrologis dan pola penggunaan lahan pada tiap DAS. Survei abiotik meliputi kondisi penurunan tanah, rob, perubahan garis pantai, sempadan sungai, serta melihat hubungan struktur bangunan dengan sebaran lokasi genangan. Adapun survei biotik mendata ruang terbuka hijau, perubahan penggunaan lahan, dan deforestasi. Pada survei aspek sosial budaya akan dilihat kondisi dan pengelolaan TPA sampah, melihat kemiskinan, dan dampaknya di bantaran sungai. Secara umum, ekspedisi ini menekankan konservasi sumber daya air. Untuk itu, survei menetapkan lokasi membuat biopori, kolam retensi, dan sumur resapan. Ketiganya dapat menekan aliran permukaan. (YUN) Post Date : 09 April 2013 |