|
Di Hari Air, Jumat (22/3), warga Kampung Ciwalengke, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang belasan tahun tak pernah merasakan air bersih, seperti punya setetes harapan baru. Sebab, pada hari itu, alat penjernih air atau water ultrafiltrasi, yang dibuat swadaya oleh sejumlah pihak yang peduli terhadap nasib warga kampung tersebut, diujicobakan. Dengan alat itu, air keruh dari Kali Ciwalengke, yang mengalir di kampung, dapat dijernihkan dan digunakan untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK). Caranya sederhana. Semula air berwarna coklat pekat dari Kali Ciwalengke yang ditampung dalam bak penampungan dimasukkan ke dalam sebuah alat berbentuk tabung yang tingginya sekitar 1 meter. Lalu, air dalam tabung tersebut dipompa secara manual. Tak lama, air jernih yang tak berbau itu pun keluar dari bagian bawah tabung. Kini, warga Kampung Ciwalengke punya harapan baru dengan alat penjernih yang bisa menyuling air kotor menjadi air jernih. Belasan tahun lalu, warga Kampung Ciwalengke memang menghadapi masalah sanitasi yang serius. Bertahun-tahun, mereka menggunakan air dari sungai yang kotor akibat tercemar, di antaranya sisa air dari MCK yang digunakan sendiri. Bahkan, air sumur yang dibuat sebagian warga di dekat sungai pun dikhawatirkan terkontaminasi air sungai yang sudah bercampur dengan limbah pabrik tekstil dari industri tekstil Majalaya. Memang di kawasan sekitar anak Sungai Citarum, termasuk Ciwalengke, sudah menjadi pemandangan biasa banyak orang mandi dengan memanfaatkan sungai kotor tersebut. Bukan hanya kotoran dari mereka sendiri, melainkan juga sisa-sisa sampah yang dibuang warga ke tengah sungai. Tak heran, rendahnya kualitas sanitasi lingkungan berbanding lurus dengan minimnya kesejahteraan warga di sekitar kawasan itu. Karena itu, jika berada di kawasan industri tekstil Majalaya, terlihat rumah-rumah di Kampung Ciwalengke yang satu sama lain berdekatan. Mata pencaharian mereka kebanyakan buruh pabrik tekstil yang menghuni rumah kontrakan di sepanjang sungai tersebut. Baru untuk 10 keluarga Untuk memanfaatkan alat penjernih itu, warga memasang alat di lokasi MCK umum. Adapun rumah kontrakan warga berada di dekat MCK tersebut. Alat yang berkapasitas 500 liter air per jam itu digerakkan secara manual. Kemampuannya dapat memenuhi kebutuhan air bagi 10 keluarga. Penggunaannya juga mudah. Warga tinggal memutar alat yang tertempel pada tabung silinder sepanjang lebih kurang 1 meter yang berisi membran untuk penjernih air. Teknologi sederhana itu dibuat agar warga setempat tidak kesulitan mengoperasikannya. Begitu juga jika alat tersebut rusak, perbaikannya dapat dilakukan dengan mudah. Tujuannya agar pengoperasian alat itu tak membebani masyarakat. Jalan sendiri-sendiri Kepala Desa Sukamaju Jujun Rahayu mengatakan, dari 20 rukun warga (RW) yang ada di Sukamaju, hanya 5 RW yang belum mendapat pasokan air bersih dari pemerintah. Lima kampung itu di antaranya Kampung Ciwalengke. Akibatnya, warga menggunakan air sungai untuk MCK. Menurut Abu Bacih (75), warga Kampung Ciwalengke, untuk keperluan mencuci, ia menggunakan air sungai yang dialirkan ke fasilitas MCK umum. Untuk minum, ia memakai air sumur yang sebenarnya juga masih tidak terlalu bersih. Saat krisis moneter tahun 1997-1998, yang membuat sejumlah industri tekstil terpukul, sejumlah pengelola tidak mampu mengolah limbah pabriknya dengan baik. Limbah pun akhirnya dibuang ke Sungai Sasak Benjol dan Sungai Cikacembang. Koordinator Elemen Lingkungan Deni Riswandani menyayangkan pemerintah yang tidak bersinergi mengatasi sungai-sungai yang jadi buangan limbah itu. ”Sejumlah instansi pemerintah yang berurusan dengan sumber daya air justru jalan sendiri-sendiri. Akibatnya, pangkal persoalannya tak bisa diselesaikan dan masyarakat yang harus menanggung akibatnya,” ujarnya. Koordinator Komunitas Peduli Cikapundung Rahim Asyik Budi Santoso berharap, bantuan alat penjernih dari sejumlah pihak mampu mengetuk kepedulian pemerintah setempat untuk lebih serius mengatasi persoalan air bersih di sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum. (Adhitya Ramadhan) Post Date : 27 Maret 2013 |