|
JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan bakau di Suaka Marga Satwa Muara Angke, Jakarta, terganggu sampah. Plastik bekas kemasan makanan dan kantong plastik dari Kali Adem yang berjarak 2 meter dari Suaka Marga Satwa menutupi akar bakau. Akibatnya, tanaman bakau yang masih muda mati. ”Kali Adem terhubung dengan 13 aliran kali di Jakarta. Sampah terhanyut dari kali-kali itu melewati Kali Adem. Ketika pasang, air beserta sampah masuk ke area Suaka Marga Satwa. Tidak sedikit bakau mati. Padahal, hutan bakau menjadi habitat banyak satwa dan menahan abrasi,” kata Arifin, Staf Suaka Marga Satwa Muara Angke, di Jakarta, Senin (8/4). Bakau yang ada adalah bakau kurap (Rhizophora mucronata), bakau minyak (Rhizophora apiculata), dan pidada (Sonneratia sp). Hutan bakau ini merupakan habitat burung kicau seperti jalak kerbau (Acridotheres javanicus), jalak putih (Sturnus melanopterus), bubut jawa (Centropus nigrorufus), kera ekor panjang, ular (kobra dan sanca), biawak, serta tupai. ”Ada sekitar 1.000 batang Rhizophora dan 5.000 batang Sonneratia. Ditanam juga bibit bakau berusia tiga bulan. Namun, akarnya belum kuat. Rentan mati jika tertutup sampah. Pohon bakau yang besar berusia sekitar 20 tahun. Jika tepian kali tidak dipasang jaring penahan sampah, sampah akan terus masuk,” ujarnya. Hutan bakau di Suaka Marga Satwa seluas 25,02 hektar ini tampak tumbuh renggang. Tampak juga sisa bibit bakau yang mati di antara pohon bakau yang tumbuh besar. Pohon bakau besar yang ada merupakan pohon bakau yang tumbuh alami. Menurut Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Zenzi Suhadi, buah bakau ketika jatuh ke tanah dapat langsung tertancap dan berkembang biak. Jika ada sampah, regenerasi ini akan gagal. Sampah juga menghambat pertumbuhan akar tunggang dan akar lutut bakau yang kuat menahan abrasi air laut. ”Jika bakau semakin berkurang, abrasi akan semakin besar. Kemampuan geomorfologis bakau untuk memodifikasi akar dan batang dapat menjadi penahan abrasi. Bakau juga mampu membentuk sudut 0 derajat ketika terjadi pertemuan arus sungai dan laut. Sehingga, gelombang laut tidak sampai ke daratan. Fungsi lain, bakau menjadi ekosistem peralihan dari laut dan darat. Ini penting untuk pemijahan ikan, kepiting, dan udang,” katanya. (K15/K03) Post Date : 10 April 2013 |