Buku Putih Sanitasi Kota Bandung

Penerbit:Bandung: Pemerintah Kota Bandung, 2010; 222 hal + tabel + gambar
No. Klasifikasi:363.725.983.273 BUK
Kata Kunci:Buku Putih Sanitasi, Kota Bandung, AMPL, Sampah, Drainase
Lokasi:Perpustakaan Pokja AMPL. Telepon 021-31904113
Kategori:Buku

Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Bandung yang terkait sanitasi tahun 2009 yaitu: penggunaan air bersih sudah mencapai 99,4%, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sudah mencapai 96,49%, menggunakan jamban sehat sudah mencapai 95,46% dan memberantas jentik nyamuk dirumah 95,16%. Meskipun demikian masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu diatasi diantaranya adalah air limbah dalam hal pelaksanaan sambungan langganan masih  terdapat kendala, belum tersedianya data pengelolaan air limbah (off site dan on site), pemanfaatan jaringan air (eks irigasi), masih adanya limbah non domestik yang masuk ke dalam jaringan air limbah, dan belum optimalnya pemanfaatan pelayanan tangki tinja.

Sedangkan permasalahan dalam pengelolaan sampah yaitu belum terakomodirnya kepentingan pengelolaan sampah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah sehingga penempatan prasarana penunjang seperti lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS),  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pemrosesan sampah skala lingkungan sulit dilaksanakan.  Saat ini Kota Bandung tidak memiliki lokasi TPA khusus untuk menampung dan memproses sampah yang dikelola sendiri. TPA yang ada saat ini adalah TPA bersama yang diperuntukkan untuk 3 Kabupaten Kota yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung.  Jauhnya lokasi TPA mengakibatkan peningkatan biaya operasional dan pemeliharaan yang sangat tinggi karena jumlah sarana pengangkutan harus ditambah untuk mengimbangi aliran sampah dari sumber sampah ke TPS yang berpengaruh pada siklus pengangkutan sampah sehingga dapat terjaga dan tidak banyak tumpukan sampah di TPS-TPS.

Permasalahan drainase antara lain banjir Cileuncang yang terjadi di beberapa ruas jalan Kota Bandung pada saat musim hujan,  kurangnya prasarana drainase mikro dan tidak berfungsinya drainase yang ada, pendangkalan dan penyempitan drainase makro, tidak terintegrasinya satu wilayah dengan wilayah lain, Dan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi drainase.

Penyediaan air minum  masih menjadi masalah yang perlu diselesaikan dimana kapasitas produksi terbatas, rendahnya volume air yang tercatat di meter pelanggan, kebocoran di jaringan perpipaan, dan kualitas air sumur bor tidak sesuai standar.

 



Post Date : 18 September 2012