|
PURBALINGGA, KOMPAS Sekitar 400 keluarga atau 2.100 jiwa warga Dusun Gunung Malang, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, sejak dua pekan lalu terpaksa membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Memasuki puncak musim kemarau, sumber air di dusun itu mengering. Slamet (53), salah satu warga, Senin (8/9), mengatakan, harga air bersih Rp 2.000-Rp 3.000 per jeriken isi 40 liter. Setiap musim kemarau, sumber air di dusun tersebut kering. ”Tidak ada pilihan lain kecuali membeli dari wilayah yang sumber airnya lebih melimpah. Setiap hari kami memerlukan 4 jeriken untuk memenuhi kebutuhan air bersih di rumah,” ujarnya. Kondisi itu memberatkan warga. Selain harus bolak-balik berjalan kaki hingga sekitar 4 kilometer, mereka harus menyisihkan hingga Rp 12.000 per hari untuk membeli air bersih. Padahal, kondisi ekonomi rata-rata penduduk di lereng Gunung Slamet tersebut kurang mampu. Kepala Desa Serang, Sugito, berharap Pemerintah Kabupaten Purbalingga segera memberikan bantuan air bersih kepada warga. Pemerintah desa telah mengajukan permintaan bantuan air bersih ke Pemkab Purbalingga, tetapi hingga kemarin belum juga dipasok. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Priyo Satmoko, mengatakan, sejumlah desa di Kecamatan Kejobong telah mengajukan bantuan air bersih. Berdasarkan data BPBD, daerah rawan kekurangan air bersih tersebar di wilayah Kecamatan Kejobong, Karanganyar, Pengadegan, Kaligondang, Karangreja, dan sebagian Kecamatan Bukateja. Penyaluran air bersih dilakukan mulai pekan ini. Di Cilacap, BPBD setempat juga mulai mendistribusikan air bersih ke warga. Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Supriyanto, mengatakan, ada 77 desa di 12 kecamatan yang kekeringan. Dua belas kecamatan itu antara lain Kecamatan Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Wanareja, Cimanggu, Jeruklegi, dan Patimuan. ”Patimuan sudah mulai kekeringan. PDAM di Sidareja juga sudah mulai mendistribusikan air kepada warga yang mengalami kekeringan,” ujarnya. Sementara itu, Pemkab Kebumen mengalokasikan anggaran Rp 423 juta untuk bantuan air bersih. Dana itu, kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kebumen, Muhyidin, setara 2.210 tangki air bersih yang akan disalurkan ke desa-desa yang kekeringan. Bantuan ditambah Di Jawa Timur, BPBD Kabupaten Malang menambah frekuensi pemberian bantuan air dari dua kali menjadi tiga kali sehari bagi warga Desa Putukrejo, Kecamatan Kalipare. Sekretaris BPBD Kabupaten Malang, Endah Parminingtyas, mengatakan, jika sebelumnya ada 10.000 liter air yang didistribusikan ke warga, kini meningkat menjadi 15.000 liter. Endah mengatakan, di Putukrejo terdapat 793 keluarga yang kesulitan air bersih lantaran kondisi sumur milik warga surut. Selain di Putukrejo, bantuan air bersih juga masih diberikan kepada sekitar 800 keluarga di Dusun Blanditwetan, Wonorejo, Kecamatan Singosari. Kekeringan juga terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Madura. Saat ini paling tidak ada 42 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Sumenep yang mulai kekeringan. Akibatnya, warga kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut Kepala BPBD Sumenep, Koesman Hadi, BPBD telah memasok air bersih ke sejumlah daerah yang kekeringan. Pendistribusian air sejak Juli hingga Agustus sebanyak 279 tangki dan akan berlangsung hingga musim hujan tiba yang diperkirakan pada November nanti. Koesman menambahkan, daerah yang mendapat bantuan air bersih terutama desa yang sama sekali belum memiliki sumur bor. Anggaran sekitar Rp 60 juta digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga. Sementara itu, 22.786 hektar lahan pertanian di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, rawan kekeringan. Lahan tersebut terdiri dari 17.398 hektar tanaman padi dan 5.388 tanaman kedelai. Areal yang sudah terdeteksi kekeringan seluas 1.133 hektar di Kecamatan Sukodadi, di mana 612 hektar di antaranya tanaman padi berumur 60-70 hari. Kepala BPBD Lamongan, Yuhronur Efendi, mengatakan, seluas 25 hektar padi puso. Potensi kekeringan di areal persawahan terjadi karena petani memaksakan menggunakan pola tanam padi-padi-padi. Padahal, pada musim kemarau yang minim air ini, petani disarankan menanam komoditas palawija, termasuk kedelai yang tidak membutuhkan banyak air. (GRE/ACI/CHE/WER/ETA/EGI/COK) Post Date : 09 September 2014 |