|
JAKARTA, KOMPAS — Tanggul laut penangkal terjadinya rob di Penjaringan, Jakarta Utara, belum aman. Selain ketinggian tanggul belum sama, masih terdapat rembesan air laut yang masuk ke permukiman warga. Beragam upaya dilakukan, tetapi dinding tanggul sering menjadi sasaran perusakan. Pada Minggu (20/10), air mengalir deras dari celah tanggul. Air keluar dari teras sebuah kios dan menggenangi jalan yang membelah Pasar Ikan Luar Batang. Menurut sejumlah pedagang, air bertambah deras saat laut pasang. Ja’far (45), warga RW 004, Kelurahan Penjaringan, mengatakan, air merembes dari tanggul yang retak. Rembesan sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Warga khawatir celah retakan bertambah lebar dan air menggenangi permukiman seperti yang melanda sembilan RT di RW 001, 002, 003, dan 017 pada Jumat. RW 004 dan empat RW yang tergenang banjir itu dipisahkan saluran air yang terhubung langsung ke Laut Jawa. Permukiman di kedua sisi saluran dibentengi tanggul. Saat laut pasang tinggi pada Jumat pekan lalu, air meluber dari salah satu titik tanggul di sisi barat yang sedang ditinggikan sepanjang 300 meter. Dinding tanggul dengan tebal sekitar 50 sentimeter itu terlihat rapuh di beberapa titik. Semen dan pasir berguguran saat tanggul diketuk dengan tangan. Tanggul tak terlihat utuh karena tertutup bangunan toko atau hunian. Hunian dibangun berimpitan dengan toko atau kios. Sebagian tanggul bahkan dibangun menjadi anak tangga menuju lantai dua rumah atau toko. Sejumlah warga khawatir rob kembali menggenangi permukiman karena peninggian tanggul belum rampung. Laut utara Jakarta juga diprediksi pasang tinggi selama beberapa hari ke depan. Dalam daftar pasang surut yang dikeluarkan Dinas Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut, pasang di Stasiun Tanjung Priok diperkirakan mencapai 1 meter pada pukul 10.00-12.00, Senin hingga Rabu (21-23/10), lebih tinggi dibandingkan dengan pekan lalu. Situs pasanglaut.com juga memuat prediksi air laut pasang dengan kecenderungan sama. Andalkan pompa Menghadapi ancaman rob di Jakarta Utara, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta membuat tanggul sementara dari tanah. Tanggul ini berada di sisi barat sheet pile (lapisan beton) yang belum selesai dibangun. Menurut Kepala Bidang Pemeliharaan Sumber Daya Air Djoko Susetyo, pelaksana proyek diinstruksikan meninggikan tanggul tanah untuk mengantisipasi rob. Pada saat yang sama, pelaksana proyek menyelesaikan pembangunan tanggul sepanjang 300 meter dari 1.160 meter yang dibuat tahun ini. ”Sheet pile sudah kami pasang, tetapi belum dicor,” kata Djoko. Selain mengandalkan tanggul dari tanah, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta juga menyiagakan tujuh pompa di lokasi tanggul. Semua pompa itu terdiri dari tiga pompa berkapasitas masing-masing 6 meter kubik per detik dan empat pompa dengan kapasitas masing-masing 4 meter kubik per detik. ”Semua pompa yang siap berkapasitas 34 meter kubik per detik,” kata Djoko. Masih ada tiga pompa lain dengan kapasitas masing-masing 5 meter kubik per detik. Namun, tiga pompa tersebut saat ini baru bisa dioperasikan tahun 2014. Djoko menyayangkan pendudukan area di sektiar tanggul. Praktik ini kerap merusak dinding tanggul sehingga mudah terjadi kebocoran. ”Bertahun-tahun warga menduduki kawasan area tanggul. Kami sudah berkali-kali bicara dengan warga, tetapi tetap saja terjadi,” katanya. Djoko mengharapkan peran RT, RW, dan kelurahan untuk ikut mengawasi kondisi tanggul. Menurut dia, tidak mungkin mengawasi kondisi tanggul setiap hari, sementara jumlah petugas sangat terbatas. Ke depan, warga yang menempati area tanggul menjadi target relokasi ke rumah susun sewa. Namun, relokasi belum bisa dilakukan karena rumah susun belum siap. (MKN/NDY) Post Date : 21 Oktober 2013 |