Warga
yang tinggal di wilayah pegunungan di Kecamatan Bangsalsari, Jember,
harus bersusah payah mendapatkan air bersih. Demi beberapa liter air
bersih, mereka terpaksa naik turun gunung sejauh sekitar 5 km. Kemarin
siang (4/10) sejumlah warga Desa Curahkalong, Bangsalsari, terlihat
mencari air ke kecamatan. Mereka pun membawa jeriken dan galon air
mineral sebagai tempat penampungan air.
Menurut
Muallimin, salah seorang warga Curahkalong, dalam sehari dirinya harus
naik turun gunung hingga lima kali untuk mendapatkan air bersih. ''Tidak
hanya dipakai mandi, tetapi juga minum. Sebab, air di rumah sangat
sedikit dan kotor,'' tuturnya.
Selain dari Desa Curahkalong, warga Desa Badean harus mencari air ke
kecamatan. Agar mendapatkan air secara optimal, mereka membawa jeriken
dan galon dalam jumlah banyak. Lantas, mereka mengisi jeriken dan galon
dengan air kran di depan kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Pendidikan Bangsalsari.
Yuski, salah seorang warga, menyatakan bahwa dirinya hanya bisa
mendapatkan air bersih di kecamatan. Sebab, debit sumber mata air di
dekat rumahnya mengecil. ''Jadi, saya terpaksa ikut warga lain mengambil
air di sini (Bangsalsari, Red),'' ungkapnya.
Terik panas ketika siang tidak menyurutkan mereka untuk mengantre air.
Kemarau selama sekitar tiga bulan telah membuat kampung mereka
kekeringan dan krisis air bersih. Warga berharap ada bantuan pasokan air
bersih secara rutin dari Pemkab Jember. ''Agar kami tidak naik turun
gunung untuk mencari air bersih,'' kata Yuski yang mengangkut air dengan
sepeda motor.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember
sebenarnya sudah membuat program bantuan air bersih di sejumlah daerah.
Namun, bantuan air bersih yang disalurkan belum mampu menjangkau semua
daerah yang dilanda kekeringan.
Post Date : 06 Oktober 2014
|