32 Kelurahan Rawan Banjir

Sumber:Suara Merdeka - 22 November 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BALAI KOTA - Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Semarang, Jumat (1/12) akan mulai mengaktifkan Posko Induk Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP). Upaya tersebut merupakan antisipasi, jika pada musim hujan ini di Semarang terjadi bencana, termasuk banjir dan longsor.

Penjelasan tersebut disampaikan Kepala Badan Kesbanglinmas Kota, Drs Sujitno, Senin (21/11) di ruang kerja kepala Kantor Infokom Kota.

Dia mengatakan, di Semarang terdapat 32 kelurahan rawan banjir. Kelurahan-kelurahan tersebut tersebar di sembilan kecamatan. Semarang juga memiliki 11 kecamatan rawan longsor.

Yang merupakan daerah rawan banjir, adalah Kecamatan Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Timur, Semarang Tengah, Genuk, Gayamsari, Pedurungan, Semarang Selatan, dan Tembalang.

Adapun kecamatan rawan longsor, meliputi Gajahmungkur, Tembalang, Gunungpati, Semarang Selatan, Mijen, Semarang Barat, Candisari, Banyumanik, Ngaliyan, Pedurungan, dan Tugu. ''Pemkot segera membuka Posko 24 jam, termasuk di kecamatan dan kelurahan,'' tandasnya.

Pos Induk PBP, kata dia, berada di basement Gedung Pandanaran. Personelnya adalah anggota Satlak PBP dan tim Search and Rescue (SAR) Kota Semarang. Untuk posko kecamatan dan kelurahan, personelnya adalah aparat setempat dibantu babinkamtibmas, babinsa, linmas, dan warga.

Beberapa instansi di Pemkot juga membentuk posko, antar lain Dinas Kebakaran, Dinas Kesehatan, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Pekerjaan Umum, serta Satpol PP.

Instansi Lain

Sementara itu instansi di luar Pemkot yang juga membentuk posko, adalah Badan Meteorologi dan Geofisika Jateng, Palang Merah Indonesia (PMI), Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI), KISS, tim reaksi cepat, Unit Bantu Pertolongan Pramuka, SAR Daerah Jateng, dan Kantor SAR Semarang. SAR di bawah naungan TNI dan Polri, juga membentuk posko satuan pendukung.

''Kami juga telah mempersiapkan dan mengkoordinasikan berbagai peralatan PBP di Kota Semarang,'' kata dia.

Peralatan tersebut, kata dia, antara lain perahu karet beserta mesinnya, dapur umum, tenda peleton, genset, gergaji mesin, ambulans, mobil pemadam kebakaran, kendaraan angkutan, alat selam, alat penakar hujan, pelampung, kantong mayat, dan tali karmentel.

Kepala Bidang Penanggulangan Bencana, Ari Djoko Santoso menambahkan, selama 2004 terjadi 41 bencana berupa banjir, longsor, kekeringan, pohon tumbang, dan kebakaran. Dia memperkirakan, kerugian akibat berbagai peristiwa itu mencapai sekitar Rp 1,5 miliar. ''Kami mengimbau warga di daerah bencana agar waspada,'' kata dia.

(G6-44a)

Post Date : 22 November 2005