Kondisi Daerah Aliran
Sungai Citarum yang kritis akibat pola penggunaan lahan yang disertai dengan
dampak perubahan iklim berpotensi mengakibatkan banjir dengan frekuensi lebih
sering.
Profesor Rizaldi Boer, peneliti Institut Pertanian Bogor,
mencoba membuat proyeksi kondisi tata guna lahan, pola hujan, dan dampak
lingkungan yang disebabkan dalam periode tahun 2010 hingga 2025. Hasil
kajiannya telah dipaparkan dalam Lokakarya Nasional Pengarusutamaan Perubahan
Iklim dalam Pengelolaan DAS Citarum, Rabu (10/3/2013), di Jakarta.
Dalam pemaparannya, Rizaldi memproyeksikan kalau pada 2025,
penggunaan lahan yang paling besar pertumbuhannya di DAS Citarum adalah
permukiman. Laju pertumbuhannya bisa mencapai 4.000 Hektar per tahun dengan
asumsi apabila pola penggunaan lahan yang terjadi saat tahun 2010 tidak diubah.
Rizaldi menjelaskan bahwa pertumbuhan lahan permukiman yang
begitu cepat adalah hasil alih fungsi dari lahan hutan dan persawahan. Sebanyak
2.500 hektar hutan per tahun dan 2.600 hektar sawah per tahun akan berubah
menjadi lahan permukiman dan pertanian nonsawah.
Kondisi ini diperparah dengan perubahan iklim yang terjadi
saat ini. "Perubahan iklim akan meningkatkan peluang terjadinya hujan yang
bisa menyebabkan banjir. Tak hanya itu, perubahan iklim juga bisa memengaruhi
periode ulang banjir akibat peningkatan curah hujan maksimum harian,"
jelasnya.
Menurut Rizaldi, dampak kerusakan lingkungan di DAS Citarum
ditambah perubahan iklim global akan berdampak besar bagi penduduk yang tinggal
di daerah tersebut.
Rizaldi menjelaskan hasil proyeksinya untuk tahun 2025 di
cekungan Bandung. Saat ini, luas daerah yang sering terkena banjir di cekungan
Bandung mencapai 22.000 hektar dengan periode ulang banjir lebih dari 25 tahun.
Bila kondisi tetap dibiarkan, diprediksi pada 2025, di daerah tersebut periode
ulang banjir akan menjadi lebih cepat (10 sampai 25 tahun).
Selain itu, Prof Rizaldi juga menyebutkan, ada 2.000 hektar
lahan di cekungan Bandung yang biasanya mengalami banjir setiap 2 atau 3
tahun menjadi banjir setiap tahun sebagai akibat dari perubahan tata guna
lahan dan perubahan iklim.
Post Date : 11 April 2013
|