SEBANYAK 31 desa di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini mengalami krisis air bersih. Pemerintah kabupaten (pemkab) tahun ini menganggarkan dana Rp34 juta, tapi dana bantuan itu telah habis digunakan sejak Juli lalu. “Kami telah meminta tambahan dana sebesar Rp100 juta melalui APBDPerubahan. Itu sudah kami ajukan,” kata Kepala Bagian Kesra Pemkab Klaten, Suwardi, kemarin.
Krisis air bersih terparah dialami warga korban erupsi Merapi di Kecamatan Kemalang. Namun, memang seluruh daerah yang berjumlah 13 desa di lereng gunung itu tiap musim kemarau dilanda kekeringan.
Kecamatan lain yang juga kekeringan yakni Manisrenggo, Karangnongko, Tulung, Jatinom, dan Bayat. Akibat kemarau, sekitar 90 ribu warga di Klaten kini krisis air bersih.
Suwardi mengutarakan untuk kebutuhan Ramadan, pa sokan air bagi korban erupsi Merapi akan ditambah. Rencananya, tiap desa ditambah satu tangki sehingga menjadi tiga tangki. `'Kami menyadari kebutuhan air bersih pada bulan puasa meningkat. Terutama untuk keperluan ibadah salat tarawih. Karena itu, bantuan air ditambah,'' ujarnya.
Anggota Komisi IV DPRD Klaten Kadarwati mengatakan pihaknya akan mem-back up usulan tambahan dana dalam APBD-P untuk mengatasi kekeringan di Klaten.
Di sisi lain, alokasi dana untuk mengatasi wilayah kekeringan di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), hanya Rp25 juta.
Kepala Bagian Kesra Pemkab Banyumas Khaerul Zubair menyatakan untuk mengefektifkan penggunaan dana itu, pihaknya menjalin kerja sama dengan pihak terkait, salah satunya adalah Badan Koordinasi Wilayah III Jateng yang memberikan truk tangki gratis untuk dropping air. (JS/LD/N-1)
Post Date : 08 Agustus 2011
|