CIMAHI, (PR).- Sekitar 30 persen warga Kota Cimahi masih membuang limbah domestik berupa tinja langsung ke sungai. Selain tidak memiliki septic tank, hal tersebut pun disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan. Dengan keterbatasan lahan yang ada di Cimahi, pembangunan septic tank komunal menjadi salah satu solusinya.
"Mereka yang membuang limbah ke sungai biasanya yang bermukim di daerah pinggir-pinggir sungai. Tidak hanya menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, tetapi juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan," kata Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan (DPLK) Kota Cimahi Dien Wulandiati saat ditemui di kantornya, Jumat (11/12).
Dien mengatakan, sebenarnya masyarakat memiliki toilet. Akan tetapi, sayangnya tidak memiliki tempat penampungan untuk mengolah limbah itu terlebih dahulu, sebelum dibuang ke sungai. "Untuk itu, kesadaran masyarakatlah yang masih perlu dibangun. Masyarakat harus paham, bahwa pencemaran lingkungan akibat limbah tersebut bisa berpengaruh terhadap sumur penduduk sekitar yang bisa mengakibatkan penyakit pencernaan, seperti diare," kata Dien.
"Septic tank" komunal
Salah satu upaya yang kini tengah digalakkan oleh Pemerintah Kota Cimahi adalah program pembangunan septic tank komunal. Untuk tahun ini, DPLK akan menyelesaikan dua septic tank komunal di Kel. Cimahi dan Kel. Cigugur. Untuk tahun 2010, pihaknya berencana akan membangun sekitar empat septic tank komunal lainnya yang berada di Kel. Cibabat, Kel. Karang Mekar, Kel. Baros, dan Kel. Melong. "Lokasi-lokasi tersebut termasuk dalam daerah dengan pemukiman padat," katanya.
Dengan adanya septic tank komunal tersebut, nantinya limbah tinja yang dihasilkan dari masing-masing rumah akan dikumpulkan dalam satu bak penampungan. Dalam bak tersebut terdapat sistem pengolahan limbah dengan menggunakan bakteri pengurai. Setelah melalui proses pengolahan, air yang keluar dari bak penampungan dapat langsung dialirkan ke sungai karena sudah tidak berbahaya lagi. Sementara endapannya bisa dijadikan pupuk.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cimahi Didi A. Djamhir mengatakan, untuk kota dengan tingkat kepadatan bangunan dan penduduk yang cukup tinggi, pengolahan limbah dengan sistem komunal adalah solusi yang baik.
Dalam revisi rencana tata ruang wilayah Kota Cimahi, Didi mengatakan, telah dilakukan pembahasan berkenaan dengan permasalah saluran air limbah tersebut. Dalam pembahasan tersebut, diketahui saat ini ada dua sistem pembuangan yang digunakan oleh masyarakatnya, yaitu sistem on-site dan off-site.
Ke depannya, Didi mengatakan, saluran limbah di Kota Cimahi akan membentuk suatu lahan sebagai tempat pengumpulan limbah secara komunal dengan sistem on-site dan semi- off-site. Dengan sistem tersebut, pengumpulan air limbah pada suatu lokasi dapat dikelola sehingga air limbah tidak lagi mencemari lingkungan sekitar. (A-177)
Post Date : 12 Desember 2009
|