|
Sebagai salah satu perusahaan tambang batubara terkemuka di Indonesia, PT Adaro Indonesia terus berkomitmen untuk memperhatikan aspek lingkungan dan kualitas hidup serta kesejahteraan masyarakat sekitar. Perusahaaan yang beroperasi di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah ini pun memanfaatkan potensi yang ada untuk kemasalahatan bersama. Salah satu yang dimanfaatkan adalah air bekas aktivitas penambangan dan air hujan. Pekan lalu (2/7), Adaro meresmikan fasilitas yang disebut Water Treatment Plant T-300 (WTP T-300) di wilayah Tutupan, Kabupaten Balangan, Kalsel. WTP T-300 merupakan fasilitas pengolahan air tambang menjadi air bersih yang bisa diminum, sesuai dengan standar mutu air bersih yang ditetapkan Pemerintah. Dengan adanya instalasi pengolahan air ini, air bekas tambang dan air hujan bisa dimanfaatkan kembali, baik oleh perusahaan maupun oleh warga sekitar tambang. WTP T-300 merupakan inovasi Adaro yang tidak hanya meningkatkan pengelolaan lingkungan namun juga memberikan manfaat bagi sejumlah penduduk desa dengan mendistribusikan air bersih yang dihasilkan oleh WTP T-300 kepada masyarakat sekitar. Total investasi untuk proyek ini sudah mencapai sebesar Rp6,5 milyar. “Kita mendistribusikan air bersih ini dengan menggunakan pipa saluran sepanjang 10 kilometer dan mobil tangki air. Ada 1110 Kepala Keluarga yang mendapat manfaat air bersih ini," jelas Presiden Direktur PT Adaro Indonesia, Chia Ah Hoo, saat meresmikan WTP T-300. Kurang Air Bersih Salah satu kendala utama yang dihadapi masyarakat sekitar tambang Adaro yang berlokasi di Kabupaten Balangan dan Tabalong adalah kurangnya sumber air bersih. Melalui proyek ini, Adaro yang merupakan satu-satunya perusahaan tambang dengan penghargaan katagori emas dari KLH tahun lalu, telah membantu meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat sekitar. Upaya penyediaan air bersih oleh Adaro sebenarnya telah dilakukan sejak 10 tahun lalu melalui beberapa cara, seperti distribusi melalui truk-truk air, penyediaan akses berupa sumur gali, sumur bor, kolam, serta penyediaan saluran air bersih ke rumah tangga hasil kerjasama dengan PDAM. Sementara penyediaan akses air melalui distribusi air WTP telah dimulai sejak 2008 dan distribusi air WTP melalui pipa dilakukan di Desa Dahai dan Padang Panjang sejak 2010 dan terus dikembangkan. Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya yang meresmikan WTP T-300, memuji langkah Adaro untuk terus mengembangkan program kepedulian lingkungan tersebut. Khususnya dalam menerapkan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) pada sumber daya air. “Apa yang dilakukan Adaro ini harus dicontoh oleh perusahaan-perusahaan lain. Air bekas tambang dan air hujan bisa diolah menjadi air bersih yang bisa diminum. Tentu langkah perusahaan ini membantu pemerintah mewujudkan target penyediaan air bersih bagi 60 persen warga seperti standar dalam MDGs (Millennium Development Goals)," ujar Balthasar Kambuaya saat meresmikan WTP T-300 PT Adaro Indonesia. Balthasar menegaskan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan agar kualitas air yang dihasilkan tetap terjaga standarnya. Dengan demikian, warga yang memanfaatkan air ini bisa terjamin. "Upaya yang dilakukan PT Adaro ini dapat menginspirasi perusahaan lainnya untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan melakukan upaya positif bagi lingkungan dan masyarakat," tambahnya. Lebih Baik Tidak hanya di daerah Tutupan, Kabupaten Balangan, pengelolaan air bekas operasional tambang juga dilakukan di site Kelanis, Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Di tempat crashing, stok file dan barge and loading batubara di tepi Sungai Barito itu, Adaro melakukan pengolahan air bekas tambang dan air hujan dengan sistem alamiah kolam berjenjang di area sekitar 50 hektare. “Kualitas air setelah melewati beberapa proses pengendapan, ternyata kualitasnya lebih baik dari kualitas air sungai Barito. Di empang terakhir, kita memelihara ikan dan tanaman air sebagai indikator kualitas air," jelas Supervisor Health, Safety and Environment (HSE) Adaro, Made Oka Widiada. Alhasil, air bekas operasional tambang di Kelanis juga kembali bisa dimanfaatkan untuk kegiatan operasional tambang sehingga mengurangi penggunaan air dari Sungai Barito. “Dalam waktu dekat, pengolahan air di Kelanis ini juga akan dimanfaatkan untuk pengolahan air minum," tegas Made. Pengelolaan air bekas operasional tambang memang menjadi salah satu perhatian serius Adaro di wilayahnya. Bersama langkah-langkah lain untuk dalam prinsip pengelolaan lingkungan sebagai manifestasi prinsip good mining practice. Tidak aneh jika perusahaan ini termasuk satu dari 12 perusahaan dan satu-satunya perusahaan tambang yang menerima penghargaan emas dari KLH pada 2012. muhajir Post Date : 11 Juli 2013 |