|
BOGOR - Dewasa ini, 30 persen warga DKI Jakarta telah mempergunakan air kemasan, terutama untuk minum. Sebab, air tanah Jakarta sudah tak layak minum lagi. Diperkirakan, 30-40 persen air tanah Jakarta sudah tercemar bakteri coli penyebab penyakit perut, seperti kolera. Banyak septik tank WC yang jaraknya begitu dekat dengan lubang air. Wakil Kepala LIPI, Dr Lukman Hakim APU mengungkapkan hal itu pada HUT ke-153 Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jabar, Selasa (12/4). Kebun Raya Cibodas berdiri pada 11 April 1852 lalu. "Anak-anak sekolah sebaiknya dibekali air kemasan yang lebih steril, sehingga tidak sembarangan minum air yang tercemar," tambahnya. Menurut Lukman Hakim, kasus air ini bisa menular ke kasus udara. Udara Jakarta saat ini sarat polusi. "Bagi warga Jakarta, berada di Kebun Raya Cibodas untuk menghirup udara yang bersih, segar, dan sejuk, merupakan suatu kemewahan," katanya. Dikatakan, karena pencemaran udara itu semakin tinggi, tak sedikit warga Jakarta pemilik mobil mewah menaruh tabung-tabung oksigen (udara bersih) di mobil-mobil mereka. Tabung gas yang ukurannya tidak terlalu besar, saat ini bisa dibeli di apotek-apotek besar di Ibu Kota. "Ini lantaran udara Jakarta sudah menyesakkan," katanya. Dikemukakan, harga udara bersih memang cukup mahal. Dia mengungkapkan pengalamannya ketika salah seorang keluarganya dirawat di rumah sakit. Selama dua minggu, sisakit menghabiskan setabung besar oksigen. Jika dihitung-hitung, satu kali hirup harus membayar Rp 250. "Sejak sekarang, kita harus merencanakan kebijaksanaan yang melihat jauh ke depan. Jika tidak, anak cucu kita harus berbekal tabung oksigen untuk memperoleh udara segar agar tetap survival. Betapa mahalnya," katanya. (HR/N-6) Post Date : 13 April 2005 |