|
JAKARTA, KOMPAS — Kurangnya koordinasi dan pengawasan di lapangan menjadi salah satu sumber tidak maksimalnya pengelolaan sampah di DKI Jakarta. Itu sebabnya, tempat sampah liar atau sampah yang menumpuk menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga Ibu Kota. Di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Jalan H Yahya, Jatinegara, Jakarta Timur, misalnya, sebuah kontainer penampungan dan delapan gerobak penuh sampah tidak diangkut hingga Minggu (25/5) sore. Menurut Anta (45), salah seorang petugas kebersihan yang bertugas di tempat itu, setiap hari Minggu petugas memang tidak datang mengangkut sampah. Selain sampah di TPS yang tidak terangkut, TPS liar juga tetap marak. Gunungan sampah dan sisa material bangunan selebar lima meter menutupi setengah badan Jalan Baladewa Raya, Johar Baru, Jakarta Pusat. ”Warga terus membuang sampah meski sampah hanya seminggu sekali diangkut,” ujar Rismanto, warga yang rumahnya hanya beberapa meter dari tumpukan sampah ini. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Saptastri Ediningtyas menjelaskan, pihaknya terus melakukan koordinasi di antara semua pihak, baik di suku dinas maupun kecamatan. Meski demikian, ia mengakui, koordinasi dan pengawasan di lapangan belum maksimal. ”Kami mempunyai tim monitor di lapangan. Akan tetapi, jumlah personel yang kurang membuat kinerja kurang maksimal,” ujarnya sambil menelepon staf dinas kebersihan untuk membersihkan sampah di kedua TPS tersebut sesegera mungkin. ”Kami juga terus meningkatkan koordinasi dengan pihak kecamatan. Sebab, dinas kebersihan pada dasarnya hanya bertugas mengangkut sampah dari TPS ke pembuangan akhir. Oleh karena itu, komunikasi harus berjalan intensif,” ujar Ediningtyas. Di Jakarta Selatan, masalah sampah juga masih menjadi persoalan. Saat menelusuri Jalan Abdulah Syafei dan berputar ke arah Tebet, tepat di kolong jalan layang terdapat banyak gerobak sampah. Gerobak sampah itu memakan sebagian badan jalan khususnya di tepi paling kanan. Beberapa orang sibuk memindahkan barang dari dalam gerobak ke bawah kolong jalan layang. ”Saya tidak tahu itu tempat sampah resmi atau tidak. Tapi, banyak pemulung naruh barang di situ. Sekarang ini, banyak juga orang buang sampah dan barang-barang rongsok ke situ,” kata Leman, pengojek yang mangkal tak jauh dari kawasan itu. Sebelumnya, warga Lenteng Agung juga mengeluhkan lambatnya pengangkutan sampah di daerahnya. Akibatnya, muncul tempat sampah dadakan di dekat stasiun kereta yang mengganggu estetika kawasan tersebut, selain juga menimbulkan bau. Buruknya manajemen kebersihan DKI Jakarta menyebabkan honor petugas kebersihan terlambat sampai satu bulan. Petugas kebersihan berharap manajemen pengupahan ini dapat dibenahi segera. Sandy (50), penyapu jalan dan pengangkut sampah Jalan Pintu TMII depan Tamini Square, mengatakan, upah bulan April yang seharusnya diterima awal bulan Mei belum juga cair. ”Informasi yang saya terima, honor itu bakal cair Senin ini. Tapi, kami juga tidak tahu pasti,” katanya. (NEL/MDN/A10) Post Date : 26 Mei 2014 |