|
[TANGERANG] Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang dinyatakan dalam status kejadian luar biasa (KLB) muntaber. Tiga warga meninggal akibat penyakit ini dan ratusan korban memenuhi Puskemas setempat dan sebagian dirujuk ke RSU Tangerang. Dengan ditetapkannya KLB Muntaber Sepatan ini mengulang kejadian yang sama pada tahun 2005 lalu di mana sekitar 600 korban harus dirawat di Puskesmas dan 17 orang di antaranya meninggal dunia. Penyakit muntaber muncul karena warga tak belajar dari pengalaman menjaga kebersihan lingkungan dan makanan. Salah satu korban meninggal adalah Noviani (2,5), warga Kedaung Barat, Sepatan Timur. Orangtua korban tak segera membawanya ke Puskesmas, padahal kondisinya sudah lemah karena kehabisan cairan. Dia berkali-kali buang air besar sejak dua hari lalu. Dua warga lainnya yang meninggal sebelum dibawa ke Puskesmas masing-masing warga Lebak Wangi berusia tujuh tahun dan warga Kayu Agung berusia 17 tahun. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mencatat jumlah korban hingga Sabtu pagi mencapai 225 orang dengan rincian terbanyak dirawat di Puskesmas Sepatan sebanyak 181 orang, Puskesmas Kedaung Barat (27 orang, Puskesmas Pakuhaji 17 orang, sedangkan 13 pasien dirujuk ke RSU Tangerang karena kondisinya kritis. Sebagian besar korban adalah anak-anak di bawah usia 14 tahun. Menurut Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr Yuliah Iskandar, pemda sudah menyebarkan kaporit untuk dimasukkan ke dalam sumur-sumur agar bakterinya mati. Namun, sejauh ini belum ada bantuan air bersih untuk warga. Kondisi Puskesmas Sepatan saat ini dipenuhi pasien hingga ke lorong-lorong dan teras. Pihak Puskesmas Sepatan telah mendapat bantuan velbet atau tempat tidur darurat untuk pasien-pasien yang sudah tidak tertampung di tempat tidur Puskesmas. Puskemas ini telah ditingkatkan fasilitasnya setelah kejadian KLB Muntaber tahun 2005 sehingga dapat menerima pasien rawat inap. Minuman Dikatakan Yuliah, sumber penularan penyakit diare yang menyerang puluhan warga di sejumlah desa di Kecamatan Sepatan diduga berasal dari minuman, jajanan anak-anak yang bebas dijual di wilayah itu seperti sirup orson ditambah es yang dibuat dari air mentah. Hal ini, kata Yuliah, terungkap dari hasil keterangan para orangtua korban dan tinjauan petugas Dinas Kesehatan di lapangan. "Umumnya warga mengalami diare setelah mengkonsumsi sirup orson yang dicampur es yang menggunakan air mentah, yang dijual pedagang keliling maupun di warung-warung. Korbannya pun kebanyakan anak-anak," kata Yuliah. Dia mengatakan, sirup orson dibuat dari zat pewarna buatan, pemanis buatan dan air mentah diduga mengandung bakteri yang menyebabkan penyakit itu meluas. "Petugas kami sudah mengambil sampel dan memeriksa untuk memastikan bahwa orson itulah penyebab diare di sini," tegas Yuliah. Bupati Tangerang Ismed Iskandar menyataka,n wabah diare yang menyerang warga di Kecamatan Sepatan telah memasuki tahap kejadian luar biasa. Status ini dinyatakan setelah jumlah pasien terus meningkat dalam waktu cepat. "Dan, sudah ada korban meninggal," katanya, Jumat (13/7). Menurut Ismed, wabah diare disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tidak sehat dan tidak bersih. Warga tidak mengubah pola hidupnya. Mereka tetap buang air besar di sungai dan menggunakan air tersebut untuk mandi, mencuci, dan memasak. "Mereka tidak belajar dari pengalaman dua tahun lalu. MCK sudah dibuatkan, tapi masyarakat tetap buang air besar sembarangan di sungai dan di kebun," ujarnya. Ismed mengatakan, untuk mencegah wabah ini agar tak meluas, jumlah tenaga medis dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan sukarelawan diperbanyak. Mereka ditempatkan di Puskesmas Sepatan, Puskesmas Pakuhaji, dan Puskesmas Kedaung Barat. Tim ini bertugas menangani pasien dan mencari sumber penularan dari wabah diare ini. [132] Post Date : 14 Juli 2007 |