Kualitas Air Bersih Terus Dipantau

Sumber:Suara Merdeka - 18 April 2013
Kategori:Air Minum
SLAWI - Pertemuan Regional Pembinaan Badan Pengelola Sarana Penyedia Air Minum (BPSPAM) se-eks Karesidenan Pekalongan akan digelar rutin. Pertemuan tersebut akan digilir di sejumlah daerah.

Tim Pembina BPSPAM Dinas Kesehatan Jateng, Dewa MW menjelaskan, pertemuan tersebut merupakan ajang untuk berbagi informasi dan merencanakan program penyediaan dan pemantauan kualitas air bersih di semua daerah di wilayah eks-Karesidenan Pekalongan.

“Pertemuan diikuti oleh perwakilan dari beberapa instansi seperti dinas kesehatan dan badan pemberdayaan masyarakat,” ujar Dewa saat pertemuan di ruang Dinkes Kabupaten Tegal, beberapa hari lalu.

Kepala Dinkes Kabupaten Tegal dokter Hendadi Setiaji MKes melalui Kabid Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan, Muchtar Mawardi mengemukakan, pertemuan regional di antaranya membahas tentang penyehatan lingkungan dalam hal penjagaan kualitas air bersih.

“Agar kualitas air bersih bisa terjaga, maka perlu dilakukan pengawasan air secara terus menerus dan cermat melalui kegiatan surveilans kualitas air,” jelasnya.

Survei kualitas air minum, kata Muchtar, merupakan suatu upaya analisis yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis melalui pengumpulan data dan pengambilan sampel sebagai bagian dari tugas pemeriksaan eksternal.

Teknologi Tepat Guna

“Pertemuan regional juga dilakukan untuk menyamakan persepsi tentang pembinaan kualitas air serta mengetahui dan mengendalikan faktor risiko yang berkaitan dengan sarana air bersih atau air minum yang bersumber dari BPSPAM,” imbuh Hendadi Setiaji.

Seperti diketahui, di Kabupaten Tegal, BPSPAM sudah dibangun di 64 desa dari 97 desa rawan air bersih. Meski demikian, setiap daerah perlu memetakan titik rawan air bersih secara berkala. Hal itu karena banyak faktor yang bisa memengaruhi kualitas air, seperti industrialisasi, sampah permukiman, penggunaan pestisida dan polusi.

“Karena itu diperlukan optimalisasi peran masyarakat dalam pemetaan kondisi air minum dan sanitasi dasar. Selain itu, juga diperlukan teknologi tepat guna sesuai kebutuhan lokal,” imbuh Hendadi Setiaji. (K22-74)

Post Date : 18 April 2013