|
Bogor, Kompas - Institut Pertanian Bogor menerjunkan 3.000 mahasiswanya menjadi relawan yang membantu warga Kota Bogor dalam membuat lubang biopori di rumah-rumah warga. Lubang biopori yang berdiameter 10 sentimeter dengan kedalaman 80 sampai 100 sentimeter, merupakan teknologi sederhana untuk membantu dalam konservasi lahan, yang selanjutnya dapat mencegah longsor dan banjir. Hal tersebut terungkap dalam acara "Pelucuran 25 Inovasi IPB untuk Lingkungan dan Masyarakat" di Kampus IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Kamis (5/4). "Pelibatan mahasiwa dalam kegiatan pembuatan lubang biopori ini, bukan tuntutan lembaga IPB kepada mereka, tetapi komitmen mereka sendiri, para mahasiwa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiwa Peduli Lingkungan IPB, yang diketuai Dwi Maswapati," kata Kepala Humas dan Promosi IPB, Agus Lelana, usai acara tersebut. Menurut Agus, kegiatan pembuatan lubang biopori ini disambut baik oleh Wali Kota Bogor Diani Budiarto. Beberapa perusahaan swasta juga terlibat dalam membantu penyediaan alat untuk mengebor tanah, guna membuat lubang biopori itu. Walapun para mahasiwa sudah membuat lubang-lubang biopori di beberapa tempat, enerjunan mereka secara masal ke pemukiman-pemukiman di Kota Bogor, mulai dilaksankan 22 April mendatang. Ini bertepatan dengan Kota Bogor memperingati Hari Bumi Sedunia, yang rencannya dipimpin Diani Budiarto. Kamil R Brata, dosen ilmu tanah, air, dan konservasi lahan di Fakultas Pertanian IPB, menjelaskan, lobang biopori adalah lubang resapan air yang dibuat dengan diameter 10 seniti meter dan kedalaman 80 sampai 100 sentimeter. Lubang ini berfungsi untuk menampung sampah organik, seperti sampah dari dapur. Selain itu, berfungsi untuk menyerap air hujan, sehingga air itu tidak langsung masuk got, lalu ke sungai, dan kemudian terbuang ke laut. Idealnya, satu rumah memiliki 10 lubang, sehingga pada hari ke-20, pembuangan sampah organik kembali ke lubang pertama, karena sampah organik sebelumnya sudah "habis" menjadi kompos. (RTS) Post Date : 07 April 2007 |