|
Jakarta, Kompas - Hujan lebat dan merata nyaris sehari penuh pada Rabu (1/5) memicu banjir di beberapa titik di lima wilayah Jakarta, yang bertahan hingga Kamis (2/5). Sistem drainase yang tidak berfungsi maksimal dan sedikitnya kawasan resapan air diyakini menjadi penyebab. Di Jakarta Selatan, tepatnya di Kelurahan Pela Mampang, sampai Kamis siang kemarin, air masih menggenangi jalan-jalan di tengah permukiman. Di pertemuan antara Jalan Bank Raya dan Jalan Bank II, yang terletak lebih rendah dari permukiman lain di kawasan yang sama, tersisa genangan setinggi 5-10 sentimeter (cm). Beberapa rumah di kawasan hunian yang cukup bagus ini masih dikotori lumpur. Permukaan Sungai Krukut juga tinggi dan nyaris sama dengan Jalan Bank. Saluran air di kawasan itu cukup besar, tetapi dipenuhi air dan tak mengalir. Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum (Kasudin PU) Jakarta Selatan Irvan Amtha sebelumnya menyatakan, banjir di Pela Mampang disebabkan tanggul Sungai Krukut sepanjang 5-8 meter jebol pada Rabu malam. Tanggul yang dibangun swadaya masyarakat di Jalan Canadiyanti jebol karena tak kuat menahan lonjakan volume air yang tinggi. Di Jakarta Barat, genangan air setinggi 20-50 cm terjadi di Jalan Panjang, di perumahan Greenville, Kebon Jeruk. Hal serupa terjadi di beberapa titik Jalan Daan Mogot, seperti di depan Gedung Samsat arah ke Kalideres. Tinggi genangan mencapai 50 sentimeter. Di depan gedung Indosiar, di Jalan Tubagus Angke ke Tambora dan sebaliknya, juga di depan perumahan Duta Emas, tinggi genangan air mencapai 20-50 sentimeter. Kemacetan panjang di titik-titik banjir itu tak terhindarkan. Kasudin PU Tata Air Jakarta Barat Wagiman mengatakan, banjir kian meluas karena semakin berkurangnya daerah resapan air. Ia berpendapat, meningginya bangunan perumahan yang disertai bertambahnya penghuni tidak diimbangi dengan perbaikan dan penambahan saluran air, sementara kompleks perumahan, ruko, dan apartemen terus bertambah. ”Banyak lahan yang seharusnya menjadi kawasan resapan air berubah menjadi kawasan bangunan yang sebagian tidak memiliki tata air pembuangan yang baik. Akibatnya, air hanya berputar-putar dan lamban meresap ke tanah,” papar Wagiman. Menurut Wagiman, mereka hanya akan memperbanyak saluran, mengeruk saluran lama, melengkapi sebagian lokasi dengan pompa air, serta membersihkan sampah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berencana membangun Cengkareng Drain baru untuk mengurangi banjir. Intensitas tinggi Di Jakarta Timur, hujan cukup deras sekitar 6 jam pada Rabu malam telah membuat daerah Kampung Pulo kebanjiran. Warga Kampung Pulo tidak mengira bakal terjadi banjir tersebut. Pasalnya, pada pukul 20.00 ketinggian air maksimal di Pintu Air Katulampa dan Pintu Air Depok masih dalam batas normal, yaitu masing-masing 50 cm dan 1,90 meter. Ketua RT 014 RW 003, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Kampung Pulo, Endin Rambo mengatakan, banjir kali ini bukan disebabkan banjir kiriman, melainkan karena intensitas hujan yang deras dari pukul 18.00 hingga pukul 00.00. Saluran air dan Kali Cakung di Kota Bekasi juga meluap dan merendam sekitar 600 rumah di empat perumahan setinggi hingga 1 meter. Sebanyak 300 rumah di antaranya berada di enam RT di RW 002, Kompleks Dosen IKIP, Jatikramat, Pondok Gede. Selain itu, 150 rumah di tiga RT di RW 015 Bumi Nasio Indah, 100 rumah di Buana Jaya, dan 50 rumah di Graha Indah, Jatimekar, Jatiasih. Ketua Forum Taruna Siaga Bencana Kota Bekasi Engkus Kustara mengatakan, banjir di empat perumahan tersebut akibat saluran air dan Kali Cakung meluap. Hujan berlangsung pada hari Rabu pukul 21.00 hingga Kamis pukul 01.00. Jaringan saluran air dan Kali Cakung tidak mampu menampung curah hujan sehingga meluap. ”Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini, tetapi warga sempat mengungsi sambil menunggu banjir surut,” kata Engkus. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi Dadang Hidayat yang dikonfirmasi terpisah mengingatkan, empat perumahan itu kerap terendam banjir. Secara geografis, perumahan itu berdiri di dataran lebih rendah daripada muka air Kali Bekasi dan Kali Cakung. Anggota DPRD Kota Bekasi Ariyanto Hendrata meminta Pemerintah Kota Bekasi serius menangani banjir. Apalagi APBD 2013 Kota Bekasi sudah memasukkan program pembangunan drainase dengan anggaran Rp 56,8 miliar. Jumlah ini setara 19 persen dari belanja langsung Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Air Kota Bekasi yang Rp 295,9 miliar. Pemerintah diminta memakai dana secara tepat dan mengutamakan perbaikan.(WIN/BRO/NEL/K04) Post Date : 03 Mei 2013 |