|
SEMARANG (SINDO)–Sebanyak 260 kepala keluarga (KK) warga RW IV,Kelurahan Mangunharjo,Kecamatan Tugu,kekurangan air bersih.Bahkan setiap kemarau tiba, air sumur berubah keruh dan berbau. Pemerintah sebenarnya telah merencanakan pemberian bantuan alat pengolah air bersih (water purifier) menyusul adanya kekurangan air bersih itu.Warga pun menyambut baik rencana pemberian bantuan alat pengolah air bersih itu. Sayangnya penempatan alat pengolah air bersih dari pemerintah itu belum ditentukan lokasinya. ”Kalau lokasinya,kami belum bisa menjelaskan karena belum diadakan rapat dengan lembaga lain,”tukas Kasi Pemerintahan Kelurahan Mangunharjo Abdul Wakhid, kemarin.Wakhid mengaku, warga yang bertempat tinggal di RW IV selama ini selalu kekurangan air bersih.Meski sudah punya sumur, airnya tidak bisa dipakai untuk minum sehari-hari. Karena warnanya keruh dan baunya banger,warga terpaksa hanya memakai untuk mandi dan mencuci. Untuk minum,warga memilih menyalur air ke warga yang punya air artetis. Selain itu,warga banyak yang membeli air di depot pengisian ulang. Saluran air PDAM belum masuk ke kawasan perumahan warga. Dari seluruh RW yang ada, RW IV memang belum punya pengolah air bersih. Namun untuk kepastiannya, pi-haknya akan mengadakan rapat bersama lembaga lain tingkat desa.”Idealnya yang didirikan alat pengolah air bersih yang belum ada alat pengolah air,”ujar Wakhid. Ketua RT 05/IV Khumaidi, mengaku jika warganya selama ini kesulitan mendapatkan air bersih.Warga tidak berani menggunakan air sumur untuk diminum karena warnanya keruh. Air sumur hanya dipakai untuk mandi dan cuci. Sedangkan untuk minum sehari-hari,warga terpaksa membeli di depo isi ulang. ”Satu hari minimal kami harus mengeluarkan uang Rp3.000 untuk membeli air dalam jeriken,” tukas Khumaidi. Khumaidi berharap, pembangunan pengolah air bersih dapat membantu kesulitan warga selama ini. Sebab uang yang dikeluarkan untuk membeli air bersih cukup banyak. Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Suyarti mengatakan bantuan alat pengolah air water purifier memang merupakan program penanggulangan krisis air dari Departemen Kesehatan (Depkes). Sehingga penempatan lokasi alat ini akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Selanjutnya,pemilihan lokasi akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak kelurahan dan kecamatan yang mengetahui kondisi warganya. ”Itu akan dikoordinasikan, dan pastinya juga melibatkan warga,”tandasnya. (zaenal alimin/alkomari) Post Date : 04 Desember 2008 |