|
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah titik rawan genangan di DKI Jakarta belum tertangani meski Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah dan sedang menormalisasi sungai, saluran, dan waduk. Air menggenang seiring turunnya hujan, pasang air laut, dan turunnya muka tanah. Selama dua hari diguyur hujan ringan hingga sedang sejak Selasa (31/12), genangan kembali muncul di sejumlah titik di Jakarta. Berdasarkan pantauan Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, tercatat 25 titik genangan. Genangan itu terutama muncul di titik-titik yang sudah menjadi langganan banjir, antara lain di ruas jalan di depan mal Ciputra, Green Garden, Samsat Daan Mogot, Universitas Trisakti, Mangga Dua Square, dan di seberang Kawasan Berikat Nusantara. ”Sebagian besar genangan muncul di Jakarta Barat dan Jakarta Utara dengan ketinggian 10-40 sentimeter,” kata Kepala Seksi Informatika BPBD DKI Jakarta Bambang Surya Putra. Pada Rabu, air masih menggenangi sejumlah ruas jalan di Jakarta Utara, seperti Jalan Gunung Sahari di Pademangan, Jalan Kapuk Muara Raya di Penjaringan, serta Jalan Sunter Permai Raya dan Jalan RE Martadinata di Tanjung Priok. Genangan mencapai 20-30 sentimeter. Sejumlah sepeda motor mogok dan beberapa pengendara memilih berputar arah untuk menghindari genangan. Arus lalu lintas pun tersendat meski volume kendaraan relatif lebih kecil dibandingkan biasanya. Pasang air laut dan hujan di hulu sungai membuat muka air di sungai atau saluran naik hingga lebih tinggi dari muka jalan. Di Jalan Gunung Sahari, air sungai merembes keluar dari celah-celah pembuang dan mengalir ke jalanan. Air juga menggenangi akses ke kawasan Ancol Taman Impian di depan Gerbang Hailai. Selain itu, air juga menggenangi jalanan di depan Terminal Tanjung Priok di Jalan RE Martadinata. Sejumlah pengendara nekat masuk ke jalur berlawanan untuk menghindari genangan. Permukiman Sejumlah kawasan permukiman di Jakarta Utara tak luput dari genangan. Air, antara lain, menggenangi sebagian rumah warga di RT 001, 002, dan 003 RW 001 dan RW 004 di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, serta di Kampung Sepatan RW 005 Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing. Lurah Kapuk Muara Purnomo menyebutkan, genangan tertinggi terjadi Selasa siang. Hujan mengguyur sejak Senin malam hingga Selasa siang, sementara air laut pasang. ”Air tidak bisa mengalir ke laut dan justru kembali karena laut pasang. Akibatnya, wilayah dengan permukaan rendah tergenang,” ujarnya. Di Kampung Sepatan, genangan mencapai 15-75 sentimeter di permukiman dan 10-25 sentimeter di jalan. Namun, seperti di Kapuk Muara, genangan berangsur surut pada Selasa sore, tergenang lagi Rabu pagi, dan surut pada Rabu sore. Berdasarkan evaluasi DPRD DKI Jakarta, banjir dan genangan masih menjadi salah satu dari delapan masalah kritis yang menjadi pekerjaan rumah prioritas Pemprov DKI Jakarta. Penyebabnya pun masih sama, yaitu saluran air tersumbat sampah dan akibat bangunan yang berdiri di atas saluran. ”Dibandingkan kemacetan, sebenarnya banjir adalah serangan yang lebih mematikan bagi Jakarta. Pada banjir awal tahun 2013, kawasan bisnis dan pusat kota seolah tenggelam. Peristiwa itu diliput oleh media dalam dan luar negeri. Hal itu menimbulkan rasa malu sebab sudah begitu lama kita tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Rasanya kita sudah bekerja banyak, tetapi banjir tak kunjung usai,” kata Ketua DPRD DKI Jakarta Ferrial Sofyan. (MKN/FRO) Post Date : 02 Januari 2014 |