|
KOTA Depok menyimpan potensi besar di bidang pariwisata, khususnya rekreasi air. Sedikitnya 26 situ di wilayah penyangga Ibu Kota bagian selatan ini sudah disiapkan untuk digarap. "Pariwisata di Depok dapat dikembangkan sesuai potensi alam yang ada. Namun, pembangunan tempat wisata yang indah dan menarik itu membutuhkan waktu cukup, biaya besar serta tenaga profesional," kata Wali Kota H Badrul Kamal kepada Media, didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Yayan Arianto dan Humas R Sudrajad, kemarin. Ke-26 situ yang tersebar pada wilayah seluas 22 ribu hektare itu, antara lain Cilangkap, Rawa Kalong, Pedongkelan, Tipar, Jatijajar, Patinggi, Baru, Gadog, Sidomukti, Cilodong. Lalu, Pengarengan, Bahar, Pitara, Asih Pulo, Rawa Besar Citayam, UI, Pladen, Bojong Sari, Pengasinan, Pasir Putih, Cinere dan Krukut. Dalam hitung-hitungan Badrul Kamal, bila 26 situ dikembangkan sebagai tempat rekreasi air, Pendapatan asli daerah (PAD) dapat meningkat sekitar Rp40 miliar per tahun. Itu belum termasuk, besarnya kesempatan kerja yang terbuka nantinya, sehingga bisa menurunkan angka pengangguran. Sebab, sarana rekreasi air pada 26 danau yang terdapat di 63 kelurahan di enam kecamatan itu dapat menampung tenaga kerja, dan pedagang. Sekitar 2.000 tenaga kerja bisa diserap manfaat lainnya, daerah itu bisa juga berfungsi sebagai pengendali banjir, cadangan air tanah dan penahan intrusi air laut. Badrul yang siap bertarung dalam pemilihan langsung wali kota untuk periode 2005-2010 optimistis pariwisata di daerahnya akan berkembang, seiring pesatnya pembangunan di bidang lainnya. "Bidang agrowisata menjadi prioritas saya, di samping meneruskan pembangunan lainnya. Untuk membangun proyek itu sedikitnya membutuhkan Rp200 miliar. Investor dalam negeri sudah melirik." Butuh hiburan Baru mendengar rencana besar Badrul Kamal itu saja, warga Depok sudah girang bukan main. Soalnya, wilayah berpenduduk sekitar 1,3 juta jiwa, memang kekurangan tempat hiburan. Akibatnya, para warga lebih banyak mencari hiburan ke Jakarta, atau ke kawasan Puncak, Bogor. "Saya sedih, sebagai warga Kota Depok tak bisa berekreasi di kota sendiri. Padahal, Depok memiliki 26 situ yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi air. Pemda jangan menonjolkan permukiman, pusat perbelanjaan, dan gedung perkantoran saja," kata H. Mustar Toyib, 60, warga Jatijajar, Cimanggis kepada Media kemarin. Sebagai warga Depok, Mustar, seperti warga lainnya mengharapkan kotanya memiliki sarana hiburan berkualitas, dan lain dari yang ada di Ibu Kota, atau daerah lainnya. Dan mereka yakin, Depok mampu, karena memiliki keunggulan, semisal 26 situ itu. Kalau Dinas Pariwisata setempat bisa menggalang kerja sama saling menguntungkan dengan kalangan biro perjalanan, komunitas Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan pihak investor, hasilnya pasti lebih baik. Dengan semangat itu, tidak ada salahnya pihak-pihak terkait, mulai melirik potensi dunia kepariwisataan Depok. Berkembangnya sarana wisata akan berdampak pada kreativitas kalangan remaja, dan juga seniman. Itu artinya, juga dibutuhkan pembangunan sarana kesenian, sanggar, dan tempat-tempat pertunjukan seni dan budaya. Pengamat budaya di Depok, Pangihutan Pardede, 45, menggambarkan jika para seniman di kota itu secara rutin bisa mempertunjukkan bakatnya, atau bisa mementaskan karya-karyanya di tempat-tempat khusus pameran seni, akan berpengaruh terhadap pengembangan budaya di kota ini. "Upaya tersebut tidak menutup kemungkinan akan dapat menghidupkan kembali budaya tradisional Depok, yang selama ini tergusur, tidak bisa bersaing dengan gemerlapnya budaya pop," katanya. Menurut Pardede, gelar karya seni tidak harus bertempat di hotel bintang lima, gedung mewah dan lokasi khusus lainnya. Sebuah karya seni, kata dia, akan hidup dan diminati pengunjung jika benar-benar mengandung arti seni yang tentunya sesuai permintaan masing-masing. Pardede tidak membantah bahwa lesunya pariwisata di Kota Depok akibat kurang promosi dan minimnya tenaga profesional di bidang itu. "Bukan hanya pariwisata yang lesu, melainkan hiburan jenis musik dan tarian juga tidak ada yang menonjol di Depok." (Kisar Radjagukguk/J-1) Post Date : 11 Januari 2005 |