26 Kecamatan Rawan Diare

Sumber:Suara Merdeka - 25 Juni 2009
Kategori:Sanitasi

KLATEN- Selain Wedi dan Pedan yang sudah diteliti, 24 kecamatan di Kabupaten Klaten juga rawan terjangkit diare. Dari hasil penelitian tahunan yang dilakukan Dinas Kesehatan, kandungan bakteri coli di 24 kecamatan itu juga di atas batas normal, 50/100 ml air.

Dengan demikian, seluruh 26 kecamatan di Klaten merupakan wilayah rawan diare. Kepala Dinas Kesehatan dokter Ronny Roekmito MKes mengatakan, 24 kecamatan itu juga sama rawannya dengan Wedi dan Pedan yang sudah diambil sampel air sumurnya.

’’Hasil penelitian sampel rutin tahun sebelumnya, kandungan bakteri coli juga tinggi,’’ ungkapnya, Rabu (24/6).

Meski sampel air sumur warga diambil secara acak, tetapi hasil penelitian di beberapa kecamatan tahun-tahun lalu tidak jauh berbeda dari temuan di Kecamatan Wedi dan Pedan.

Dengan kondisi itu, akan sangat rentan terjadi wabah diare jika masyarakat tidak memiliki pemahaman cukup soal air bersih. Kerawanan itu bisa dilihat dari kecenderungan angka kasus yang naik sejak tahun 2006.

Pada tahun 2006 kasus diare hanya 9.000, tetapi di tahun 2007 sebanyak 23.721. Meski dalam dua tahun itu angka kematian nol, tetapi peningkatan yang terjadi cukup drastis.

Tahun 2008 laporan kasus belum dijumlah karena masih disusun. Ronny mengatakan, faktor utama tingginya kandungan bakteri coli penyebab diare adalah pencemaran lingkungan.

Untuk itu pencegahan bisa dilakukan warga dengan membangun septic tank berjarak sekurang-kurangnya delapan meter dari sumur, sehingga bakteri coli tidak masuk ke air sumur.
Uji Lab Untuk memeriksa 401 di kecamatan-kecamatan itu, menurut Ronny tidak mungkin karena anggaran tidak mencukupi. Untuk uji laboratorium mikrobiologi, dana yang dibutuhkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Namun, seluruh puskesmas sudah diminta mencermati desa-desa di luar kota kecamatan yang selama ini menjadi sampel penelitian.

Seperti diberitakan, dari penelitian Dinkes Mei lalu, air sumur warga Kecamatan Pedan dan Wedi tercemar bakteri coli di atas ambang batas normal. Kandungan tertinggi mencapai 2.400/100 ml air, jauh di atas batas normal 50/100 ml air.

Selain air menjadi tak layak konsumsi, kondisi itu juga rawan menimbulkan diare  (SM, 20/6). 
Ketua Komisi IV DPRD Klaten, Kadarwati mengatakan, akan segera memanggil pejabat Dinkes untuk diminta menjelaskan temuan itu.  (H34-65)



Post Date : 25 Juni 2009