|
KUPANG (Media): Sebanyak 24 ribu warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, di 49 kelurahan menghadapi krisis air bersih akibat kemarau yang memicu menurunnya debit mata air. Krisis air bersih memuncak dua hari terakhir, ditandai berkurangnya pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat ke rumah warga. Normalnya, air PDAM mengalir selama 24 jam sehari. Kini, dikurangi jadi dua kali dalam sepekan. "Debit air milik PDAM terus menurun. Sumur-sumur warga juga mengering. Kita sedang memasuki puncak kemarau, dan ini bisa berlangsung hingga November bahkan Desember," tutur Kepala Bagian Humas dan Pelanggan PDAM Kupang Jusuf Nope kepada Media Indonesia di Kupang, kemarin. Pengurangan debit air pada 22 mata air yang dikelola PDAM turun lebih dari 50%. Sebanyak 22 mata air itu di antaranya delapan sumur air gravitasi dan 14 sumur air pompa. Menurut Jusuf, mata air Oepura di Kelurahan Oepura, misalnya, mulai awal September 2007 tidak mampu lagi melayani kebutuhan air untuk warga di dua kelurahan yakni Naikoten I dan Oebobo. Pada kondisi normal, debit sumber air Oepura yang mencapai 75 liter per detik melayani kebutuhan air untuk warga di tiga kelurahan yaitu Oepura, Naikoten Satu, dan Oebobo. Kini turun menjadi 10 liter per detik. Sedangkan, kebutuhan air untuk warga di Naikoten Satu dan Oebobo didatangkan dari mata air Boneana di Kelurahan Sikumana. Pada kondisi normal, mata air Boneana memiliki debit 106 liter per detik, tetapi pada pekan kedua September 2007 turun jadi 75 liter per detik. "Kami harus membagi air Boneana untuk enam kelurahan. Karena itu warga harus bergilir mendapat air," tuturnya. Ia mengingatkan pada puncak kemarau pertengahan Oktober hingga November, sumber air milik PDAM biasanya kering kerontang. Warga yang nantinya tidak lagi mendapat jatah air minum pergi ke Desa Tarus di wilayah Kabupaten Kupang untuk membeli air. Air dikemas dalam jeriken besar dan kemudian diangkut menggunakan sepeda motor dan mobil. Menurut Jusuf, pada puncak kemarau, Oktober, debit mata air yang menggunakan sistem gravitasi menurun sampai nol persen. "Kita tidak dapat berbuat apa-apa karena hanya itulah sumber air yang kita miliki," katanya. Berdasarkan pantauan Media Indonesia di Kelurahan Oepura, warga terpaksa berhemat menggunakan air karena persediaan air mulai terbatas. Air dari PDAM hanya dimanfaatkan untuk minum dan mandi. Sedangkan untuk mencuci, warga pergi ke mata air di Desa Baumata yang berjarak 15 kilometer arah timur Kupang. (PO/N-2). Post Date : 23 September 2007 |