|
[PURWOKERTO] Memasuki musim hujan di akhir 2006, banjir mengancam 24 dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah (Jateng). Dari 24 kabupaten itu, Kabupaten Cilacap merupakan daerah yang memiliki daerah banjir terluas. Sedang total daerah rawan banjir di Jateng itu mencapai 205.787 hektare (ha). Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng, Nidhom Azhari, kepada Pembaruan, Jumat (22/12) ketika meninjau daerah banjir di Jateng selatan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap musim hujan mulai datang, penduduk yang berada di daerah rawan bencana banjir mulai cemas. Datangnya hujan di Jateng ini, bagi warga di daerah banjir sama dengan datangnya ancaman yang bisa merenggut jiwa, harta, dan berbagai sarana umum lainnya. Daerah rawan banjir tersebut meliputi, Kabupaten Brebes 15.504 ha, Kota Tegal (1.250 ha), Kabupaten Tegal (4.757 ha), Pemalang (8.295 ha), Kabupaten Pekalongan (3.925 ha), Kota Pekalongan (10 ha), Kendal (12.930 ha), Kota Semarang (15.000 ha), Demak (15.081 ha), Jepara (5.000 ha), Kudus (22.500 ha), Pati (7.500 ha), Rembang (11.000 ha), Blora (5.000 ha), Grobogan (12.500 ha), Sragen (10.300 ha), Solo (2.105 ha), Wonogiri (480 ha), Sukoharjo (1.367 ha), Kebumen (10.000 ha), Purworejo (195 ha), Banyumas (1.488 ha), Purbalingga (7.500 ha), Cilacap (32.100 ha). Sedang 11 kabupaten/kota yang tdak masuk daerah rawan banjir adalah Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Batang, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, dan Banjarnegara. "Dari pemantauan dan evaluasi bencana banjir di Jateng menunjukkan ada kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun," katanya. Menurut Nidhom, gejala umum faktor penyebabnya adalah penebangan hutan yang tak terkontrol dan budaya kebersihan lingkungan yang rendah. Perbaikan Fisik Penanganan banjir hingga saat ini masih didominasi dengan perbaikan pekerjaan fisik sungai yang belum seimbang dengan tingkat daya rusak banjir. "Sedangkan penataan perbaikan lingkungan masih sangat minim," katanya. Kendati demikian, Dinas PSDA Jateng mengusahakan peralatan yang dapat digunakan setiap saat di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air dan Proyek di daerah-daerah untuk tanggap darurat jika terjadi banjir. PSDA telah menyiapkan alat-alat berat, antara lain buldoser, wheel/track loader, ekskavator, dump truk, crane, genset transportasi, genset portabel, pompa transportasi, vibro hammer, trailer, road roller, dan ponton. Peralatan berat tersebut ditempatkan di daerah yang rawan banjir seperti Cilacap, Semarang, Tegal, Kudus, Karanganyar, Kutoarjo, Purwokerto, Gombong, Surakarta, Cirebon-Ciledug, dan Banjarnegara. PSDA juga telah melakukan normalisasi beberapa sungai yang dangkal dan rawan banjir. Hal ini bertujuan agar sungai yang dinormalisasi mampu menampung debit air hujan. Rehabilitasi saluran irigasi bagi pertanian telah dilakukan selama musim kemarau. Paling tidak, upaya ini bermanfaat mencegah jebolnya tanggul irigasi pada musim hujan nanti. Gubernur Jateng H Mardiyanto telah memerintahkan Badan Kesbanglinmas untuk menyiapkan peralatan dan sarana untuk tindakan penyelamatan korban banjir. Antara lain perahu jukung, perahu karet, mesin temple, tenda, genset, serta bahan pangan dan obat-obatan. Sementara itu, Kepala Badan Kesbanglinmas Jateng, H Ristanto mengatakan, sarana dan prasarana itu telah disiapkan lebih dini. Mengingat kondisi geografis wilayah Jateng terdiri dari tanah pegunungan, sungai, tanah yang labil, laut, pantai, lintasan jalan raya dan kereta api yang padat serta kepadatan jumlah penduduk yang berdomisili di Jateng ditambah adanya pergantian musim, iklim, dan cuaca yang tak stabil akan menambah risiko bencana. [WMO/M-11] Post Date : 22 Desember 2006 |