|
TEGAL- Sebanyak 220 Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, tepatnya di Kompleks Perumahan Tukang Becak Martoloyo, kesulitan air bersih. Kondisi tersebut sudah dialami sejak puluhan tahun lalu, karena air di wilayah tersebut berasa asin dan pahit, sehingga tak layak dikonsumsi. Kesulitan air bersih yang dialami warga bertambah pada musim kemarau, seperti saat ini. Warga terpaksa membeli air bersih yang bersumber dari sumur artesis dan ledeng dengan harga Rp 100-Rp 700 per jerigen kapasitas 20 liter untuk kebutuhan mandi, cuci, dan memasak. Fatimah (29), warga Jalan Timor-Timur 41, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, di sela-sela mengisi jerigen dengan air bersih, Sabtu (15/7), mengatakan kebutuhan air bersih bagi keluarganya mencapai 14 jerigen per hari, terdiri atas sepuluh jerigen air sumur dan empat jerigen air ledeng. Sejak kemarau datang, warga yang lain bernama Iin membeli air dari Parman (50), warga setempat yang menyediakan air bersih dengan harga Rp 100 per jerigen untuk air sumur artesis dan Rp 700 per jerigen untuk air ledeng. Sebelumnya air ledeng dibeli dengan harga Rp 400 per jerigen. Harga air sumur tidak mengalami kenaikan. Iin sama dengan Fatimah, membutuhkan setidaknya delapan jerigen air bersih per hari. Bahkan Pahit Warga di kompleks perumahan dekat pantai Martoloyo memang tidak membuat sumur di rumahnya. Pasalnya, air di wilayah tersebut berasa asin, bahkan pahit. Jadi tidak layak untuk dikonsumsi. Jika digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian kulit terasa gagal. Parman, selama enam tahun ini membuat sumur artesis dengan kedalaman 95 meter, sejak awal menempati rumah bernomor 72, enam tahun lalu. Menyusul, dia berlangganan air ledeng pada perusahaan air minum untuk menyediakan kebutuhan air bersih warga sekitar. Untuk menampung air sumur artesis, Parman membuat bak berkapasitas 3.000 liter dan penampung air ledeng berkapasitas 4.000 m3. Dia mengisi penampungan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan 200 KK di wilayah tersebut. Pada kondisi kemarau, dia memang menjual air ledeng lebih mahal dari biasanya. Dia membeli dari tangki Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tegal. Hal itu dikarenakan air ledeng melalui pipa tidak mengalir sejak kemarau tiba. Harga beli dari PDAM setiap kali didrop sebanyak 4.000 liter mencapai Rp 90.000. Penampung air ledeng Parman berada di bawah bangunan, karena terbatasnya lahan yang dimiliki. Sehingga, dia menggunakan pompa listrik untuk mengisi air pada jerigen yang disediakannya untuk warga. "Tagihan listrik per bulan untuk kebutuhan pengisian air, baik untuk sumur artesis maupun ledeng mencapai Rp 200.000," ujar dia.(H26-19) Post Date : 17 Juli 2006 |