22 Desa Terendam

Sumber:Suara Merdeka - 07 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PATI- Banjir yang melanda Kabupaten Pati terus meluas. Sampai Minggu (6/1) jumlah desa yang terendam luapan sungai Juwana bertambah. Jika sebelumnya hanya 16 desa di Lima Kecamatan, kemarin menjadi 22 desa.

Wilayah tambahan tersebut adalah Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus, Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan, Desa Gadingrejo, Jepuro, dan Tluwah, Kecamatan Juwana. Untuk tiga desa terakhir air mulai menggenangi permukiman kemarin sekitar pukul 11.00.

Sebelumnya, wilayah yang telah terendam adalah Desa Banjarsari, Tanjang, Kosekan, Pantirejo, Babalan, Wuwur (Kecamatan Gabus). Selanjutnya di Kecamatan Sukolilo adalah Dukuh Jongso, Desa Wotan, Dukuh Penggingwangi, Desa Kasiyan, dan Dukuh Poncomulyo, Desa Gadudero.

Adapun untuk Kecamatan Pati daerah yang tergenang di Dukuh Tempel, Desa Gajahmati dan Desa Mustokoharjo. Lainnya di Kecamatan Jakenan ada di Desa Tondomulyo, Kedungmulyo, dan Karangrowo, sedangkan di Kecamatan Juwana adalah Desa Doropayung, Bumirejo, dan Kedungpancing.

Kepala kantor Kesbanglinmas Pati Moch Bambang Sukandar SH MM mengaku kesulitan menginventarisasi jumlah pengungsi yang rumahnya kebanjiran. Pasalnya, tidak banyak yang mengungsi di suatu tempat meski ketinggian air di permukiman antara 50 centimeter hingga 1 meter lebih. Bahkan, di dua lokasi yang parah seperti Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus dan Dukuh Penggingwangi, Kecamatan Sukolilo ketinggian air dari jalan kampung mencapai tiga meter.

"Kami kesulitan mendata mereka karena sebagian besar tidak mau mengungsi. Mereka memilih bertahan di dalam rumah meskipun airnya mencapai setengah meter," kata dia, kemarin.

Pihaknya memperkirakan dari 22 desa tersebut ada sekitar 3.000 kepala keluarga dengan 15.000 jiwa yang rumahnya terendam banjir. "Sebagian besar dari mereka masih menempati rumahnya, kalau pun mengungsi terpencar ke rumah saudara-saudaranya yang berada di luar desa. Itu yang sulit kami telusuri," tandasnya.

Sejauh ini baru ada empat tempat yang dimanfaatkan untuk mengungsi, di antaranya Balai Rakyat di Dukuh Penggingwangi, Desa Kasiyan, Sukolilo (74 KK), Balai Desa Kosekan, Gabus (323 KK), Balai Desa Doropayung (20 KK), dan SDN 01 Doropayung, Juwana (20 KK).

Selain itu, di sekitar jembatan Ngantru di Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus juga didirikan tenda untuk pengungsi. Menurut Kepala Desa setempat, Soekiman, tempat itu digunakan untuk mengungsi 145 KK. "Tidak semuanya di tenda itu, tapi juga ada yang menempati di tenda-tenda yang didirikan warga sendiri."

Sementara itu, Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Diskesospermas) hingga kemarin telah menyalurkan 89,820 ton beras dan 3.517 dus mi instan ke sejumlah daerah banjir. Bantuan tersebut, menurut Kepala Diskesospermas Sugiharto SH MM, disalurkan sejak terjadi banjir 27 Desember 2007.

"Kami masih memiliki stok beras di Bulog 35 ton khusus untuk bantuan bencana alam. Selain itu, kami juga telah mengajukan bantuan ke pemprov untuk kelangsungan bantuan ke depan," ujar dia.

Kondisi di desa Kosekan, Banjarsari, dan Tanjang (Gabus), serta Kasiyan (Sukolilo) yang selama ini paling parah, ketinggian airnya terus bertambah. Bahkan, di Dukuh Penggingwangi, Desa Kosekan ketinggian air di dalam rumah mencapai 1,5 meter. Jalan Raya Pati-Gabus juga masih ditutup, sedangkan Jalan Raya Pati-Kayen masih tergenang namun masih bisa dilewati.

Di Jalan Raya Pati-Juwana sebagian ruasnya di Desa Widorokandang, Kecamatan Pati air masih menggenangi sekitar 5 centimeter. Kendaraan yang melintas terpaksa jalan merambat karena selain tergenang air, di beberapa ruas jalan berlubang.

Naik

Untuk pengungsi di wilayah Kudus, yang pulang ke rumahnya, tetap akan dijamin hidupnya. Pemkab Kudus memberikan bantuan logistik selama seminggu bagi mereka setelah pulang. Bantuan itu terutama berupa makanan pokok.

Bupati Kudus HM Tamzil mengatakan meskipun harus utang pihaknya akan tetap memperhatikan pengungsi. "Penanganan pascabencana tetap kami lakukan. Salah satunya dengan pemberian bekal hidup itu," katanya.

Dia mengatakan, sarana yang rusak cukup berat meliputi lahan pertanian, pendidikan, dan pemukiman. Ribuan hektare sawah gagal panen dan banyak saluran irigasi yang rusak. Tahun 2007, anggaran untuk bencana memang sedikit, Rp 150 juta. Untuk tahun ini, dia berharap dana tersebut bisa dinaikkan menjadi setidaknya Rp 1,5 miliar. Jumlah itu termasuk ideal mengingat musim hujan belum berakhir.

Kemarin, tempat penampungan utama di GOR Wergu Wetan sudah ditinggalkan pengungsi. Tamzil mengatakan, beberapa titik tanggul yang jebol, akan diperbaiki. Ada delapan titik yang diperbaiki. Semua di Sungai Wulan.

Ketua Umum DPP PAN Sutrisno Bachir yang datang ke Kudus berharap, pemkab lebih memperhatikan korban dari kalangan kelas bawah. "Merekalah yang sebenarnya paling terpukul dengan bencana ini. Maka mereka layak mendapat perhatian lebih," katanya.

Misalnya, untuk petani bermodal kecil, pemkab harus berani memberi subsidi kepada mereka agar bisa membeli benih dan pupuk kembali sebagai persiapan masa tanam kedua nanti.

Dari pantauan, jalan raya Kudus-Purwodadi kemarin belum dibuka untuk umum. Jalur tersebut terputus di Desa Jetiskapuan, Kecamatan Jati. Di desa tersebut, ketinggian air masih mencapai satu meter sehingga hanya kendaraan besar yang bisa lewat. (H49,H8,H35,H50,J18-46)



Post Date : 07 Januari 2008