22 Desa di Tuban dan Gresik Terendam

Sumber:Suara Pembaruan - 08 Maret 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

[TUBAN] Ribuan hektare (ha) lahan pertanian tanaman pangan di 13 desa di Kecamatan Widang, Tuban, Jawa Timur, terendam luapan Bengawan Solo. Akibatnya, padi yang baru ditanam 7-14 hari dipastikan mati. Banjir juga merendam 4.000 rumah setinggi 60-80 meter. Sembilan desa di Kecamatan Benjeng, Gresik, Jawa Timur, sampai Jumat sore masih terendam 60-80 sentimeter.

Desa-desa di Kecamatan Benjeng yang terendam meliputi Sedapur Klagen, Delik Sumber, Bulan Kulon, Kedung Rukem, Munggugianti, Sirno Boyo, Bulu rejo, Kalipadang, Klampok dan Lundo. Dengan demikian, jumlah desa yang terendam di Gresik dan Tuban mencapai 22 desa.

Genangan air di kecamatan ini masih akan bertahan dua hari ke depan, karena hujan deras di hulu sungai di Wonogiri dan Solo, Jawa Tengah, sampai Jumat (7/3) petang, masih terjadi. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo mengalir mulai dari Solo dan Wonogiri, kemudian masuk ke wilayah Jawa Timur di antaranya Ngawi, Madiun, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, dan bermuara di Gresik.

Tiga belas desa di Kecamatan Widang yang terendam di antaranya Simorejo, Tegalrejo, Kedungharjo, Patihan, Ngadipuro, Ngadirejo, Ganjar, Tegalsari, Kedungrejo, dan Bunut. Banjir besar melanda daerah ini pada akhir Desember 2007 sampai awal Januari 2008. Sampai sekarang desa-desa tersebut sudah enam kali terendam, karena luapan Bengawan Solo.

Para petani menyatakan putus asa. Mereka enam kali menanam padi, tetapi ketika padi berumur beberapa hari sudah rusak dan mati, karena terendam dan terbawa banjir kiriman.

Meskipun mereka memperoleh bibit secara cuma-cuma, tetapi harus mengeluarkan biaya untuk upah buruh tani.

Sebagian besar pemilik rumah di desa-desa tersebut terpaksa mengungsi. Warga masih trauma terhadap terjadinya banjir besar pada akhir tahun lalu sampai awal tahun ini. Saat itu tinggi luapan sungai ini sampai tiga meter. Guna menyelamatkan diri, penduduk terus mengungsi di atas tanggul penahan yang dianggap aman. Dari rumah mereka menuju tempat pengungsian, menggunakan perahu karet dan batang pisang.

"Saya berharap banjir ini terakhir kalinya, sehingga warga bisa mencari nafkah secara normal. Kegiatan anak sekolah juga tidak terganggu," kata Mulyono, warga Tegalrejo, kepada SP, di tempat pengungsian.

 

Perlu Bantuan

Para pengungsi sampai berita ini diturunkan belum menerima bantuan pangan dan obat-obatan dari pemerintah kabupaten setempat. Mereka berharap bantuan segera didatangkan, karena para pengungsi membutuhkan.

Camat Benjeng, Suryo Wibowo, dalam laporannya kepada Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (Satlak PBA) Gresik menyebutkan, jumlah penduduk mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap aman sebanyak 1.115 keluarga, sedangkan lahan pertanian yang terendam seluas 425 ha.

Di wilayah kecamatan ini sejumlah petani siap panen, tetapi karena terendam banjir kiriman, mereka tidak bisa memanen padi. Para petani berharap, agar banjir segera surut, sehingga padi yang sudah menguning bisa dipanen. Dalam kondisi tergenang sampai satu meter, tidak bisa panen karena batang padi itu semuanya terendam.

Sementara itu, Budi Sucahyono, Kepala Kantor Kesbang Linmas Pemkab Nganjuk mengatakan, banjir bandang yang melanda wilayah Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, tidak saja merendam ribuan rumah warga tiga desa dan bangunan jembatan Mojoseto-Karasemi ambruk, namun juga meminta korban jiwa Joko Purnomo (13), siswa kelas VII SMP Negeri I Rejoso, tewas terseret arus, Kamis (6/3). [080/070]



Post Date : 08 Maret 2008