|
Bagi sebagian orang, sampah menjadi barang tidak berguna dan akan menjadi “penghuni” tempat sampah. Tapi di tangan Cipto Pratomo, sampah bisa menjadi barang seni yang bernilai tinggi.
Saat ditemui Radarmas di kediamannya di Jalan Muhammad Yamin, Kelurahan Karangpucung, Cipto tengah sibuk mengais sampah yang akan dijadikan kolase pajangan berbentuk topeng. Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi dengan menggunakan berbagai macam padua bahan.
Seperti yang dilakukan Cipto, yang membuat kolase dari sampah beraneka macam. Mulai bekas botol, tali, kabel, bahkan ijuk bekas sapu. Setelah mendapatkan bahan yang didapat secara gratis, dia kemudian memasang-masangkan sesuai imajinasinya menjadi sebuah kolase.
“Sampah ini dapat dijadikan seni karena bentuknya simestris, jadi mudah untuk dijadikan kolase. Itu tergantung dari kreasi seni saja,” kata guru seni di sebuah SMP negeri di Purwokerto.
Sampah dan barang bekas kemudian dipasang di atas sebuah papan dengan cara disatukan dengan paku. Usai disatukan dan disusun sesuai keinginan dengan bentuk topeng lengkap dengan mata, hidung, dan mulut, karya tersebut di cat dengan warna dasar hitam. “Rata-rata di cat dengan warna hitam agar berkesan keras dan kokoh,” ucapnya.
Menurutnya, dia mulai membuat kolase sejak tahun 1996. Awal ketertarikannya saat dia kuliah di sekolah seni di Jogjakarta. Hingga kini karya-karyanya banyak menarik orang.
Salah satu karya andalannya berupa sepatu yang dibuat menyerupai wajah manusia. Dia memaknai karya tersebut dengan sebutan kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. “Sebenarnya ini hanya ekspresi jiwa saja. Itu kan sepatu saat saya masih sekolah dulu, jadi saya buat karya seperti itu untuk kenang-kenangan,” jelasnya.
Cipto pun menceritakan pada 1996 silan, dia pernah mengisi pameran seni rupa dengan media limbah. Karyanya juga sempat dilirik orang hingga ke luar kota. “Dari ratusan karya yang sudah pernah dibuat, ada yang sudah sampai ke Tegal, Cirebon, bahkan Bandung,” lanjutnya.
Menurutnya, karyanya biasa digunakan untuk dekorasi tempat-tempat bertema antik. “Biasanya buat dekorasi kafe dan rumah makan,” katanya. Harga jualnya mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Dari hasil karyanya yang sudah mencapai 40 lebih, ia ingin mengisnpirasi orang untuk dapat mengolah limbah menjadi barang yang bernilai ekonomis. “Daripada dibiarkan tidak berguna, jadikan limbah menjadi barang yang bernilai jual,” tuturnya.
Post Date : 02 Desember 2014 |