Sekretaris Bappeda Kota Cimahi Heri Antasari mengatakan,
pihaknya sudah membuat kajian pemetaan drainase untuk mengantisipasi genangan
akibat luapan air.
"Irigasi
pertanian yang semula untuk kebutuhan perairan sawah, saat daerah menjadi kota
menjadi dipakai drainase. Ditambah lagi, pertumbuhan penduduk yang menyebabkan
banyaknya perumahan," kata Heri, Kamis (27/2/2014).
Akibat
dari hal itu, ketika hujan turun maka daya serap air jadi berkurang. Selain
itu, air meluap ke jalanan hingga menyebabkan banjir cileuncang. Bahkan,
kondisi ini tidak jarang air luapan tadi masuk ke perumahan.
"Kebanyakan
saluran drainase mengalami penyempitan, pendangkalan dan salurannya tertutupi
sampah. Ada juga yang tertutup bangunan permanen," ujarnya.
Dia
mengakui, penataan drainase seharusnya dilakukan dari hilir ke hulu. Sementara
kondisi Cimahi sendiri, sambungnya, terkendala pengelolaan di hulu lantaran
akan berdampak di kawasan selatan.
Untuk
solusinya, pihaknya tengah merencanakan penataan drainase namun memerlukan
kerjasama dengan daerah lain sekitar Cimahi. Kekompakan bersama daerah lain,
kata dia untuk mengatasi agar banjir Cileuncang tidak terjadi dan juga masalah
drainase dapat teratasi.
Sebagaimana
diberitakan INILAH.COM beberapa waktu lalu, Dinas Pekerjaan Umum (PU)
menganggarkan dana cukup besar, salah satunya untuk penataan drainase sebagai
langkah antisipasi banjir.
"Totalnya
cukup besar, sekitar Rp120 miliar, mayoritas untuk perbaikan jalan yang
dianggarkan sebesar Rp 50 miliar. Fokus pertama adalah penanganan bencana,
salah satunya banjir. Terutama, penanganan dan penataan drainase, " beber
Ison Suhud, Kadis PU.
Post Date : 28 Februari 2014
|