Beli Air Pikulan Bisa Ngutang

Sumber:Media Indonesia - 12 April 2013
Kategori:Air Minum
Kasmit, 39, tampak sibuk menata jeriken airnya di dalam gerobak. Hari itu, pria asal Brebes, Jawa tengah, tersebut harus menjual 14 jeriken air bersih. satu jeriken berisi 25 liter air. ia pun siap berkeliling wilayah sunter, Jakarta Utara. Lokasi terjauh yang pernah didatangi Kasmit ialah Pasar DKi belakang sunter mall.

“saya memasok untuk warungwarung pinggir jalan. ada juga pelanggan di beberapa rumah. mereka sudah langganan, jadi tinggal mengantar saja. tidak perlu menawar-nawar lagi,” kata Kasmit saat ditemui di tempat pengisian air Jl ancol selatan ii Rt 009/ RW 07, Kelurahan sunter agung, Kecamatan tanjung Priok, Jakarta Utara, selasa (9/4).

sambil sesekali menyeka keringat dengan handuk kecil yang dikalungkan di leher, Kasmit yang telah berjualan air selama 11 tahun mengaku menjadi penjual air karena tidak ada alternatif pekerjaan lain. “memang capek sekali karena harus jalan keliling. Panas dan debu, tapi itu harus dijalani. Lumayan, keuntungannya bisa untuk makan,” kata Kasmit dengan senyum mengembang.

Bila seluruh jeriken laku, Kasmit mendapat keuntungan Rp21 ribu. “saya belinya sama bos di sini per gerobak Rp7.000. Dijual ke pembeli Rp2.000 per jeriken. Jadi ada 14 jeriken, saya dapat Rp28 ribu. masih ada untung Rp21 ribu,” ungkap dia.

Rata-rata Kasmit mengirim tiga gerobak air per hari. Penghasilannya selama satu hari bisa mencapai Rp63 ribu. sementara itu Halimi, 33, pemilik hidran yang biasa dipanggil dengan sebutan bos, mengaku sudah 30 tahun membuka usaha jualan air. ia mempekerjakan 13 penjual air keliling.

“Usaha ini dibuka keluarga kami. ada 13 penjual keliling. Kisaran harganya Rp5.000 hingga Rp7.000 per gerobak, tergantung banyaknya jeriken,” kata Halimi yang diamini ibunya, atikah, 50.

Dari hasil usaha jualan air itu, Halimi mampu mendapatkan keuntungan Rp400 ribu per hari. adapun rata-rata biaya langganan air yang dibayarkan ke PDam Jaya sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta.

Keberadaan bisnis air di sunter ini sangat menguntungkan. apalagi banyak warga kesulitan mendapatkan air bersih. seperti diungkapkan sarimin, 49, warga Jl Baru ancol selatan, sunter agung, selalu langganan beli air dari Kasmit.

Ia pun menyediakan dua gentong plastik berwarna biru yang siap diisi air dari Kasmit. seusai mengisi dua gentong penuh dengan 14 jeriken, Kasmit langsung pergi. sarimin menjelaskan, untuk pembayarannya bisa dilakukan setiap akhir bulan.

“ini bayarnya setiap akhir bulan karena sudah langganan. Nanti tinggal dihitung seluruhnya, baru dibayar,“ kata sarimin yang berprofesi sebagai montir itu.

Sarimin rata-rata menghabiskan uang Rp350 ribu-Rp400 ribu per bulan untuk membeli air bersih. “air bersihnya untuk minum, memasak, dan mencuci beras. Di sini ada sumur timba, tapi airnya tidak bagus untuk minum. Dipakai mandi pun rasanya licin karena masih ada rasa sedikit asin,“ kata sarimin yang sudah 30 tahun mengandalkan air bersih.

Tami, 35, warga Rt 010/RW 09 tanah Pasir, Kelurahan Penjaringan, Kecamat an Penjaringan, harus pergi ke rumah mertuanya bila membutuhkan air. ibu lima anak yang tinggal di rumah kontrakan berukuran 3x3 meter itu terkadang membeli air pikulan untuk minum, mencuci, dan mandi.

“Kalau minta air dari mertua terusmenerus, malu juga. tapi bagaimana lagi ya, pada akhirnya tetap minta bantuan ke mertua. mencuci, mandi, masak di sana karena enggak kuat beli air pikulan. saya cuma ibu rumah tangga, uang tergantung suami,” ungkapnya.

Ekawati, tetangga tami, mengungkapkan bahwa di kampungnya memang ada sumber air untuk dipakai bersama. “Dulu kami suka ramai-ramai mencuci, memasak, dan mandi dari air sumur di situ. Cuma sekarang ini airnya keruh, jadi banyak yang beli air pikulan,” tukasnya. (thomas Harming suwarta/J-4)


Post Date : 12 April 2013