|
YOGYAKARTA - Akibat pemanasan global, penduduk di wilayah Asia dan Afrika terancam krisis air. Diperkirakan, kalau tak ada solusi mengatasi persoalan tersebut, tahun 2050 Asia dan 2080 di Afrika bakal kesulitan mendapatkan air bersih. Mengantisipasi kondisi demikian, Departemen Luar Negeri menggelar Lokakarya Pelatihan Pengembangan Teknik Adaptasi terhadap Perubahan Iklim untuk Kawasan Asia dan Afrika yang berlangsung di Hyatt Regency Yogyakarta, 30 Oktober-2 November 2007. ''Berdasarkan perkiraan Inter Governmental Panel on Climate Change (IPCC) 130 juta penduduk Asia kekurangan air pada 2050. Begitu pula 1,8 miliar orang Afrika, akan mengalaminya pada 2080 kalau tak ada penanganan serius,'' tandas Direktur Jenderal Kerjasama Multilateral Departemen Luar Negeri, Rezlan Ishar Jenie, ketika membuka acara tersebut. Menurutnya, perubahan iklim akibat pemanasan global tak hanya merusak ekonomi namun lebih parah lagi yakni menghilangkan kehidupan. Laporan terakhir IPCC menyatakan perubahan iklim semakin mengkawatirkan dan butuh aksi internasional untuk mengatasinya. Asia dan Afrika akan menjadi daerah paling buruk akibat perubahan iklim. Lokakarya selama dua hari tersebut diikuti 60 peserta dari 50 negara di Asia dan Afrika. Mereka diharapkan dapat merumuskan strategi nasional adaptasi terhadap perubahan iklim yang akan berlanjut pada konvensi perubahan iklim PBB di Bali 3-14 Desember mendatang. Menurut Rezlan, masih berdasarkan sumber dari IPCC, selain ancaman kekurangan air, kawasan Asia dan Afrika juga akan mengalami penurunan hasil pertanian hingga mencapai 90%. Kondisi demikian dapat berakibat fatal pada kehidupan. (D19-70) Post Date : 31 Oktober 2007 |