UNTUK mengurangi volume sampah di Ibu Kota, berbagai program pengentasan sampah terus dijalankan Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Antara lain, dengan cara mengurangi volume sampah yang akan diangkut ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), Pusat Daur Ulang dan Komposting (PDUK) serta Stasiun Peralihan Antara (SPA) yang ada di Jakarta.
Caranya, dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi listrik, kompos, dan bahan baku industri daur ulang. Untuk itu, tahun 2012 Dinas Kebersihan DKI mencanangkan program pengolahan sampah rumah tangga di kawasan permukiman.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna mengatakan, ke depan seluruh pengembang perumahan diharuskan membuat tempat pengolahan sampah di kawasan perumahan tersebut. “Artinya, setiap sampah rumah tangga sudah harus dipilah sejak dari sumbernya sehingga diketahui mana sampah yang dapat digunakan lagi dan mana yang harus dibuang ke tempat pembuangan sampah,” kata Eko Bharuna di Balai Kota, seperti dikutip beritajakarta.com, situs resmi Pemprov DKI, Rabu (16/3).
Dengan begitu, nanti sampah yang dapat digunakan lagi atau dapat didaur ulang akan diolah menjadi energi listrik, kompos, atau pupuk. Meski energi listrik yang dihasilkan kecil, namun dapat digunakan untuk menerangi jalan kawasan perumahan. Sedangkan kompos bisa dimanfaatkan untuk pemeliharaan taman-taman di areal kompleks perumahan tersebut.
Dengan cara itu, paling tidak nanti Dinas Kebersihan hanya mengangkut 10 persen sampah ke tempat pembuangan sampah akhir. Sisanya, 90 persen, telah diolah oleh masyarakat. Diprediksi, volume sampah rumah tangga yang dihasilkan per satu kawasan perumahan sekitar 80-100 ton. Jika sampah langsung dipilah dan diolah, maka sekitar 90 ton bisa didaur ulang, 10 ton lagi diangkut ke tempat TPA.
“Kalau semua developer bisa melakukan ini, tentu akan mengurangi volume sampah di DKI Jakarta. Rencana, awal tahun 2012 program ini akan dicanangkan dan sudah beroperasi di seluruh kompleks perumahan di Jakarta. Sekarang kita sedang kaji, konsep dan payung hukumnya seperti apa,” kata Eko.
Saat ini, ada 94 titik tempat daur ulang atau 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang tersebar di lima wilayah kota. Melalui aktivitas ini, sampah sebanyak 752 meter kubik per hari atau setara dengan 167,11 ton per hari atau sekitar tiga persen dari timbunan sampah dapat direduksi.
Untuk mewujudkan program itu, kata Eko, tahun ini Dinas Kebersihan telah mulai membuat Sentra 3R yang dikelola pengembang. Antara lain: di kawasan PIK (Pantai Indah Kapuk). Di lokasi fasos dan fasum seluas tiga hektare Pantai Indah Kapuk akan dibuat proyek percontohan. Nanti sampah yang diolah menjadi listrik dan kompos berkapasitas sekitar 250 ton per hari.
Lalu, di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dekat Asrama Dinas Kebersihan DKI Jakarta dengan luas lahan 2,6 hektare. Sentra 3R ini bisa menampung dan mengolah sampah hingga 250 ton per hari.
Saat ini, lanjut Eko, baru terdapat satu Sentra 3R yang dibangun di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat. Lokasi lain yang dibidik untuk segera dibangun yakni di Pulogebang (Jakarta Timur) dan Durikosambi Barat (Jakarta Barat). Dua lokasi itu diharapkan bisa menampung sampah sebanyak dua kali lipat dari dua sentra yang dibangun lebih awal, yakni 500 ton per hari.
“Untuk pembangunan satu Sentra 3R perlu investasi sebesar US$6 juta melalui lelang pihak ketiga. Pembangunan fisiknya hanya membutuhkan waktu enam bulan,” ujar Eko.
Post Date : 17 Maret 2011
|