|
Palembang, Kompas - Sekitar 201.000 dari total 300.000 keluarga di Palembang, Sumatera Selatan, tidak menikmati pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, mereka terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air bersih eceran atau menampung air hujan. Air sumur tidak dapat diandalkan karena kualitasnya tidak bagus. Sejumlah warga yang ditemui, Selasa (10/5), mengaku tidak mendapatkan aliran air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi, meskipun rumahnya sudah dipasangi pipa saluran air PDAM. Sebagian warga mengeluhkan aliran air yang tidak menentu dan sering berhenti secara tidak terduga. Kompleks Perumnas Sako Kenten, Kecamatan Sako, Palembang, misalnya, telah dipasangi pipa saluran air PDAM sejak puluhan tahun lalu. Namun, sejak lima tahun ini, air bersih tak lagi mengalir di sebagian perumahan itu. Sejumlah warga memanfaatkan mesin untuk menyedot air, tetapi sering gagal karena air betul-betul kering. "Sebenarnya air dari PDAM sempat mengalir sekitar tahun 1990-an, tetapi berhenti sekitar tahun 2000 sampai sekarang. Akhirnya kami tidak lagi mengharapkan aliran air, karena percuma saja," kata Sri Hastija (43), seorang warga Perumnas Sako Kenten. Kepala Humas PDAM Tirta Musi, Yos Ruswadi Ilyas, mengatakan, pelanggan air bersih dari PDAM Tirta Musi di Kota Palembang saat ini sebanyak 99.000 keluarga. Sekitar 201.000 keluarga lainnya belum kebagian aliran air bersih dari perusahaan daerah itu. "Kapasitas air yang kami produksi baru sebanyak 2.870 liter per detik. Jumlah itu pun sebenarnya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan selama 24 jam setiap hari," katanya. Kekurangan air bersih di Palembang, menurut Yos Ruswadi Ilyas, semakin parah karena 10-15 persen dari total air yang diproduksi terbuang sia-sia. Itu terjadi gara-gara pipa bocor atau dicuri kelompok warga tertentu, dengan memasang cabang-cabang pipa penyaluran air yang ilegal. Sebagian pelanggan pun masih kerap menunggak pembayaran rekening tagihan. Giliran Akibat kekurangan itu, PDAM Tirta Musi menerapkan jadwal pengaliran air secara bergiliran di sejumlah wilayah Palembang. Langkah itu juga dimaksudkan untuk meratakan aliran air bersih kepada setiap pelanggan PDAM. Menurut petugas Seksi Distribusi Wilayah B PDAM Tirta Musi, Muslihan, hanya Kompleks Perumahan Poligon, Palembang, yang telah menikmati aliran air bersih selama 24 jam penuh. Di luar itu, warga harus menerima pembagian air secara bergilir. Warga Kelurahan 3 Ilir, misalnya, mendapat aliran air dua kali per hari, pukul 06.00-07.00 dan pukul 16.00-18.00. Kompleks Perumahan Dwikora di Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat I, mendapat pasokan air sekali sehari, yaitu sekitar pukul 05.00-09.00. Warga di sekitar Pasar Cinde dan daerah Sekip mendapat aliran air pukul 05.00-10.00. Adapun warga di sekitar Bukit Besar baru menerima air sekitar pukul 14.00-20.00. "Biasanya air baru sampai di rumah penduduk sekitar satu sampai dua jam dari jadwal. Kalau terjadi kerusakan pipa dan perlu perbaikan, terpaksa akan dilakukan penghentian aliran air sesuai kebutuhan," kata Muslihan. Kualitas tidak bagus Selain aliran air yang sering mati, pelanggan juga mengeluhkan kualitas air PDAM Tirta Musi yang tidak stabil. Air yang masuk ke rumah penduduk kadang bersih, tetapi sering juga kotor, berwarna, dan berbau tidak sedap. Akibatnya, sebagian warga pelanggan tidak berani memasak air PDAM untuk kebutuhan air minum. "Lebih baik kami langganan air bersih isi ulang daripada memasak air PDAM yang kotor. Tidak apa-apa keluar uang lebih, asal kesehatan terjamin," kata Febri, warga Kelurahan Lorok Pakjo. (iam) Post Date : 11 Mei 2005 |