200 Rumah Tergenang

Sumber:Jawa Pos - 12 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

JEMBER - Prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) bahwa curah hujan di Jember cukup tinggi, akhirnya terbukti. Karena hujan yang turun terus-menerus, kemarin dua desa di Kecamatan Tempurejo menjadi sungai dadakan alias banjir.

Yakni Desa Wonoasri (Dusun Kraton) dan Desa Curahnongko (Dusun Gladak Putih dan Dusun Terate). Akibat luapan bah tersebut, sedikitnya 200 rumah tergenang air. Selain itu, ratusan hectare sawah ikut tergenang air dan terancam gagal panen.

Beberapa warga yang ditemui Erje mengatakan, air mulai naik sejak Kamis dinihari. "Jam 21.00 (Rabu malam), air mulai masuk ke rumah," ujar Fajar, 37, warga Kraton, salah satu warga yang rumahnya tergenang air paling parah. Tak pelak, warga yang mengetahui kejadian tersebut langsung panik. "Sapi langsung saya bawa ke gumuk," ujarnya. Selain itu, barang-barang lain seperti kasur, sofa, maupun peralatan lainnya dipindah ke tempat yang lebih tinggi.

Beberapa warga yang rumahnya terendam ikut mengungsi ke rumah tetangga atau sanak saudara yang rumahnya aman dari banjir. "Banjir kali ini termasuk lambat surutnya," ujarnya. Menurut dia, tahun-tahun sebelumnya, banjir sudah surut pukul 15.00. Namun kali ini air masih tinggi pada jam yang sama.

"Sejak tahun 2000, banjir selalu datang," ujar Busiman, 40. Menurut dia, air sudah menggenang sejak tiga hari lalu (9/12). Namun ketika itu air hanya menggenang di jalan. "Tadi malam itu yang paling besar airnya," ujarnya. Selain bingung karena banjir, dia juga mengeluh tentang nasib tanaman di sawah yang tergenang. "Banyak yang baru tanam padi satu minggu. Sekarang sudah tegenang tiga hari," ungkapnya.

Menurut dia, beberapa warga sempat mengungsi di beberapa rumah tetangga maupun saudara. "Kalau daerah sini yang mengungsi sekitar 75 orang," ungkapnya. Dia berharap pemerintah setempat cepat tanggap terhadap kejadian yang menimpa dusunnya. "Sebenarnya bisa tidak kena banjir kalau air sungai yang dari timur dibuang ke selatan," katanya. Selain itu, menurut dia, tanggul yang ada juga harus dibuat lebih tinggi dan lebih lebar.

"Sejak pagi bantuan dari PMI dan Taman Nasional (TN) sudah datang," ujar Kateno, sekretaris Desa Wonoasri. Beberapa bantuan tersebut antara lain beras sebanyak 100 kilogram, mi instant 20 dus, dan kecap satu dus. Sedangkan dari TN berupa 200 nasi bungkus dan lima dus air mineral.

Sebelumnya dia mengaku sejak hari Rabu, beberapa perangkat desa sudah disebar ke beberapa titik rawan banjir. "Sekitar pukul 16.00 mereka sudah siaga," ujarnya. Selain itu, menurut dia, jajaran muspika seperti dari kepolisian, koramil, telah turun untuk memantau. "Tim SAR dan PMI juga sudah terjun langsung," katanya.

"Kita berupaya dengan membuat dapur umum di balai desa untuk makanan para korban banjir," ungkapnya. Untuk mengantisipasi kesehatan masyarakat, pihaknya berkoordinasi dengan puskesmas maupun departemen sosial.

Informasi Erje menyebutkan, banjir yang menimpa kawasan Wonoasri tersebut berlangsung setiap tahun saat musim penghujan tiba. Luberan air dari hulu yang banyak membuat arus air yang melewati hilir tidak tidak cukup kuat. Akibatnya, air sungai meluap dan menggenangi rumah-rumah warga. Pihak dinas terkait sebetulnya sudah melakukan antisipasi sejak dini. Di antaranya melakukan pelebaran sungai hingga tujuh meter sepanjang 800 meter. (mg1)



Post Date : 12 Desember 2008