200 Rumah Terendam Banjir

Sumber:Suara Merdeka - 06 November 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SEMARANG- Hujan disertai angin kencang dan kilat yang terjadi di Semarang, Selasa (4/11) malam, mengakibatkan sejumlah daerah kebanjiran.

Setidaknya sekitar 200 rumah di wilayah Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara terendam banjir sejak Selasa hingga Rabu siang. Selain itu banjir juga menggenangi Stasiun Tawang.

’’Tak hanya itu, kantor Kelurahan Tanjungmas juga kemasukan air. Ketinggian air di dalam rumah antara 10 cm-20 cm,’’ kata Mardiyono S SSos kemarin.

Menurutnya, selain banjir beberapa atap rumah ada yang kabur diterjang angin puting beliung. Yakni, rumah milik Sumitah, Moch Ali Mundhor, Subiyono, Juweni, Suripto, dan Sugiyanto.

Kerugian yang diderita warga mencapai sekitar Rp 5 juta. Ruas-ruas jalan utama juga tak luput dari terjangan banjir, di antaranya Jalan MT Haryono (utara bundaran Bubakan) yang mengakibatkan arus lalu lintas terhambat.

Ruas jalan lain yang juga terendam, hingga kemarin sore sebagian belum surut, di antaranya Jl Ronggowarsito, Jl Empu Tantular, Jl Tawang, Jl Bandarhajo IV, Jl Pengapon, dan kawasan Kota Lama.

Ketinggian air berkisar antara 30 cm-60 cm. Tidak sedikit sepeda motor dan mobil yang mogok karena memaksakan diri melewati genangan banjir.

Pompa Rusak

Mardiyono mengungkapkan, banjir terjadi karena salah satu pompa di Polder Tawang rusak. Dan baru bisa berfungsi kembali sekitar pukul 11:00. Akibatnya, curah hujan yang tinggi tidak mampu tersedot secara maksimal.

Untuk itu, diperlukan upaya alternatif seperti penambahan pompa dan membagi air yang masuk ke Polder Tawang. Yakni, air dari Jl Mataram dan Jl Dokter Cipto diarahkan ke Sungai Citarum. ’’Untuk mengatasi banjir tersebut kami besama DPU berupaya memaksimalkan pompa,’’ terangnya.

Sementara itu, sebuah baliho milik salah satu bank swasta di Jl Pemuda juga roboh diterjang angin kencang pada Selasa malam. Tidak ada korban dalam peristiwa itu. Sebab, baliho tersebut hanya jatuh menimpa atap bangunan.

Selain itu, Stasiun Tawang pun turut terendam banjir. Hingga Rabu (5/11) siang, air setinggi lebih 30 sentimeter masih menggenangi halaman stasiun. Seluruh halaman parkir di depan bangunan utama stasiun terendam air mencapai setinggi lutut orang dewasa.

Pantauan, di dalam stasiun baik di loket, peron, maupun sekitar lokasi pemberangkatan kereta ketinggian air mencapai mata kaki orang dewasa. Beberapa calon penumpang terpaksa menggunakan jasa becak untuk masuk ke dalam stasiun, atau jalan kaki tanpa alas kaki dan menggulung celana.

Muniah, calon penumpang KA dari Salatiga mengatakan, banjir yang menggenangi stasiun itu sangat menggangu calon penumpang. ’’Saya terpaksa menggunakan jasa becak untuk masuk ke stasiun dengan ongkos Rp 5.000,’’ jelasnya.

Kepala Stasiun Tawang Tri Suwarno mengatakan, air sejak Selasa malam hingga Rabu siang belum surut meski telah digunakan pompa untuk menyedot air di halaman dan dalam stasiun.

Meski begitu, banjir ini tidak sampai mengganggu jadwal perjalanan kereta karena rel sudah ditinggikan beberapa waktu lalu. “Ketinggian air di saluran drainase depan stasiun masih tinggi, jadi surutnya air juga tergantung itu,” katanya.

Curah Hujan

Curah hujan di wilayah Jateng akhir-akhir ini cukup tinggi, yakni mencapai 30 mm/hari. Selain itu, disertai adanya angin kencang yang ditimbulkan oleh awan kumulus nimbus. Kecepatan angin antara 5 knot hingga 22 knot. Maka, masyarakat diminta mewaspadai adanya banjir dan tanah longsor.

Menurut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, M Chaeran, hujan lebat terjadi di wilayah Jateng, Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan. Hal itu dipengaruhi adanya tekanan rendah yang bergeser ke timur menyebabkan kumpulan awan, sehingga berpotensi hujan lebat di daerah tersebut.

’’Memasuki musim hujan ini, kami minta masyarakat mewaspadai banjir dan longsor,’’ katanya. Menurutnya, banjir yang terjadi di wilayah Semarang itu bukan hanya diakibatkan oleh curah hujan, melainkan karena saluran drainasenya yang terhambat.

Selain itu, M Chaeran juga mengingatkan kepada para nelayan untuk mewaspadai gelombang tinggi di perairan Laut Jawa dan Laut Selatan. Diperkirakan tinggi gelombang mencapai 3 meter.

Dia mengatakan, tinggi gelombang itu juga dipengaruhi tekanan rendah tersebut. ’’Tinggi gelombang itu cukup rawan untuk melaut, para nelayan perlu meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati.

Apabila melaut sebaiknya jangan sampai ke tengah karena gelombangnya lebih besar. Gelombang setinggi itu juga perlu diwaspadai kapal penumpang,’’ terangnya.(H3,H55,H40,J8,J12,-41)



Post Date : 06 November 2008