20 Ribu Keluarga masih Konsumsi Air Sungai

Sumber:Media Indonesia -17 Juli 2007
Kategori:Air Minum
BANJARMASIN (Media): Sekitar 20 ribu keluarga warga Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, masih mengandalkan air sungai. Padahal, kualitas air sungai terus menurun akibat pencemaran.

Di Banjarmasin, warga yang masih mengandalkan air sungai untuk konsumsi dan keperluan sehari-hari antara lain penduduk Kelurahan Basirih dan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan. Air yang mereka konsumsi berasal dari Sungai Martapura.

Di Kabupaten Banjar, masyarakat yang mengonsumsi air Sungai Barito tinggal di Kecamatan Aluh-Aluh. Mereka terpaksa mengonsumsi air tersebut akibat belum terlayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih.

Direktur Teknik PDAM Bandarmasih Muslih, kemarin, mengakui memang layanan air bersih belum mencapai seluruh wilayah yang harus dilayani, yaitu di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Wilayah yang belum terlayani itu berada di daerah terpencil dan pinggiran.

''Diperkirakan jumlah warga yang masih mengandalkan air sungai itu sekitar 20 ribu keluarga,'' katanya.

Selain memanfaatkan air sungai, sebagian warga menggunakan air sumur bor. Bahkan sebagian warga terpaksa membeli air sungai seharga Rp5.000 hingga Rp10 ribu per drum berkapasitas 200 liter.

Menurut Muslih, belum seluruh warga terlayani selain akibat instalasi yang terbatas, karena layanan air bersih menggunakan truk tangki ke lokasi terpencil juga tidak maksimal. Kendalanya armada truk tangki terbatas, ditambah lagi lokasi sulit dijangkau.

Karena itu, dari total 150 ribu keluarga yang harus dilayani, saat ini baru 94 ribu keluarga yang terjangkau layanan PDAM. Namun, Muslih menambahkan, pihaknya telah memprogramkan penambahan cakupan layanan dengan membangun lagi jaringan pipa dan sambungan pelanggan. Kapasitas produksi juga ditambah sebesar 500 liter per detik dari sebelumnya 1.500 liter.

Sayangnya, pengadaan sumber air baku dari sungai dan irigasi Riam Kanan di Kabupaten Banjar kerap terkendala oleh kondisi air yang tercemar dan tingginya kadar garam saat kemarau.

Warga antre

Sementara itu, puluhan ribu keluarga di Jawa Tengah (Jateng) kesulitan mendapatkan air bersih akibat kekeringan. Di antaranya di Kabupaten Pekalongan dan Klaten. Bahkan pemerintah provinsi berencana membikin hujan buatan guna mengatasi kekeringan pada areal pertanian.

Di Kabupaten Pekalongan sedikitnya 14.400 keluarga harus antre di bak-bak penampungan air umum untuk memperoleh air bersih. Mereka penduduk sembilan desa di Kecamatan Petungkriyono dan Kandangserang. Mereka harus antre karena volume air yang mengalir dari mata air di Gunung Beser terus berkurang akibat kemarau.

Di Kabupaten Klaten, jumlah warga yang kesulitan mendapatkan air bersih tercatat 19.607 keluarga yang meliputi 77.310 jiwa. Mereka penduduk Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Tulung, Jatinom, dan Bayat,

Dari pantauan Media Indonesia di daerah tersebut, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga harus membeli air seharga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per tangki berisi 4.000 liter. Karena bantuan air dari pemerintah belum mencukupi.

Dari Purwokerto dilaporkan, Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat Jateng Slamet Budi Prayitno menyatakan bulan ini akan membikin hujan buatan untuk mengisi sejumlah waduk yang debit airnya terus menurun, antara lain Waduk Kedongombo, Gajah Mungkur, dan Wadaslintang. Ia mengakui debit air hampir seluruh waduk di Jateng menyusut. Yang paling parah Waduk Kedungombo karena menyusut hingga 20% dari volume normal. (DY/JS/AS/LD/N-1)



Post Date : 17 Juli 2007