|
BADAN Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan saat ini terdapat 40-an juta penduduk Indonesia (20%) belum memiliki toilet yang layak. “Per hari kotoran tinja yang mereka buang sembarangan bisa mencapai 14 ribu ton. Kotoran itu mencemari air tanah dan sungai yang tidak jarang tetap dikonsumsi penduduk,” ujar Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas Nugroho Tri Utomo dalam acara terkait World Toilet Day yang diperingati setiap 19 November, di Jakarta, kemarin. Berkaca dari kondisi itu, Nugroho memastikan kini tidak satu pun sungai yang melintasi kota besar di negeri ini yang masih layak dijadikan sebagai bahan baku air minum. Atas sebab itulah diasumsikan ratarata setiap tahun terdapat 3,5 juta-4,5 juta jiwa penduduk yang terpapar diare akibat mengonsumsi air yang terkontaminasi kuman (Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2010). Buruknya sanitasi tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga ekonomi. Bappenas mengestimasi kerugian akibat buruknya sanitasi secara nasional mencapai Rp67 triliun. Kerugian itu dihitung dari biaya pengobatan penyakit, absen bekerja, kematian, dan perusakan lingkungan. Kalau dihitung per rumah tangga, sambung Nugroho, sejumlah penyakit yang ditimbulkan oleh masalah sanitasi rata-rata merugikan Rp1,3 juta per rumah tangga per tahun. Pada kesempatan sama, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) Naning Adiwoso juga menyoroti soal rendahnya kualitas toilet umum di Indonesia. Mengutip data World Toillet Organization (WTO), dia menjelaskan kebersihan toilet umum di negara kita ada di peringkat ke-12 terburuk dari 18 negara di Asia. “Toilet umum di Indonesia jorok karena publik belum terbiasa dengan gaya hidup bersih,” imbuhnya. Nugroho dan Naning samasama sepakat agar masalah tersebut perlu segera dibenahi. (Tlc/H-3) Post Date : 20 November 2012 |