20 Kecamatan Terendam

Sumber:Pikiran Rakyat - 15 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KARAWANG, (PR).- Banjir di wilayah pantai utara (pantura) Jawa Barat makin luas. Jika sebelumnya banjir menyergap Kota Cirebon, Kab. Cirebon, dan Indramayu, Rabu (14/1) genangan air juga menerjang 20 kecamatan yang tersebar di Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Subang, dan Purwakarta. Banjir paling parah terjadi di Karawang.

Banjir di Karawang terjadi di 8 kecamatan, sementara di Subang genangan air juga menerjang Kec. Pamanukan, Legon Kulon, Pusakajaya, Sukasari, dan Blanakan. Di Kab. Bekasi, genangan air terjadi di Kec. Cikarang Timur, Cikarang Barat, Kedung Waringin, Tarumajaya, dan Cibitung. Di Kota Bekasi, banjir terjadi di wilayah Bekasi Timur. Sedangkan di Purwakarta, banjir melanda Kec. Jatiluhur.

Di Karawang, sejumlah wilayah terendam banjir setelah diguyur hujan dua hari berturut-turut. Lebih dari seribu rumah yang tersebar di wilayah Kecamatan Teluk Jambe Barat, Teluk Jambe Timur, Karawang Barat, Tirtajaya, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Tempuran, dan Cibuaya, terendam banjir.

Air tidak hanya merendam permukiman, tetapi juga merendam 500 hektare lahan persawahan yang baru saja memasuki masa tanam. Sementara di pesisir pantai utara, ratusan rumah juga terendam limpasan pasang air laut dan puluhan hektare tambak udang dan bandeng disapu banjir.

Ketinggian air bervariasi antara 60 sentimeter hingga 2 meter. Warga yang rumahnya hanya terendam hingga 60 sentimeter memilih bertahan di rumah masing-masing. Sedangkan, yang sudah terendam hampir setengah bagian rumahnya, mengungsi ke balai desa, sekolah, dan rumah kerabatnya yang selamat.

Di Perumahan Karaba Kecamatan Karawang Barat, warga mengungsi ke Masjid Muhajirin, karena ketinggian air antara 50-120 sentimeter. Di Desa Karang Ligar, Kecamatan Teluk Jambe Barat, sebanyak 385 jiwa dari Kampung Pangasinan RT 01 RW 01 mengungsi ke balai desa dan SD Negeri Kalang Ligar 2. Sedangkan 220 jiwa warga RT 02 dan 370 jiwa warga RT 03, memilih mengungsi ke rumah kerabat mereka yang tidak terendam banjir. Selain itu, 150 hektare persawahan juga ikut terendam.

Menurut Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Desa Kalang Ligar Amah Khoeriyah, warga mulai mengungsi sejak pukul 18.00 WIB, Selasa (13/1). "Namun, puncaknya pada Rabu (14/1) dini hari," kata dia. Ketinggian air tertinggi mencapai dua meter. Bahkan, akses jalan menuju wilayah Tegal Luhur terputus sepanjang 1,5 Km akibat terendam air setinggi 50 sentimeter. Genangan air itu disebabkan meluapnya Sungai Citarum.

Sebagian besar korban mengeluhkan kurangnya makanan dan pakaian. Mereka tidak sempat membawanya saat menyelamatkan diri dan mengungsi. Menurut petugas Puskesmas Wana Kerta, Lilis Salamah, sekitar 82 korban juga mengalami gatal-gatal, infeksi saluran pernapasan, dan rematik.

Di Desa Mekar Mulya, kondisi genangan air terparah menimpa Dusun Mujiah. Sebanyak 679 jiwa mengungsi di kantor desa dan masjid. Rumah warga terendam air luapan Sungai Cibeet yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Ketinggian air mencapai 1,2 meter. Untuk mencapai lokasi, tidak bisa dengan kendaraan roda empat maupun roda dua, karena jalan ke dusun tersebut tertutup genangan air dengan arus yang cukup kuat.

Menurut Kepala Desa Mekar Mulya, Dalim Rudiansyah, kondisi ini belum yang terburuk. "Tahun 2006 kondisi paling parah terjadi di wilayah kami," ucap dia.

Kendati belum ada sekolah yang terendam, sebagian besar siswa meliburkan diri. Sebab, kebanyakan siswa desa itu bersekolah ke Karawang Kota. Mereka memanfaatkan perahu untuk menyeberangi sungai, sementara pihak desa menghentikan pengoperasian perahu karena khawatir perahu terbalik karena tak sanggup menahan kuatnya arus.

Secara umum di Kecamatan Teluk Jambe Barat ada enam desa yang terendam, yaitu Wanajaya, Mulyajaya, Kalang Ligar, Parung Sari, Wana Kerta, dan Mekar Mulya.

Hingga kini belum ada data lengkap mengenai jumlah korban dan kerugian. Menurut petugas Satkorlak, Bekti, data di-update setiap saat. Data di Posko Penanggulangan Bencana Alam (PBA), hanya menyebutkan nama-nama desanya dengan total korban 895 kepala keluarga.

Jakarta tergenang

Sementara itu, guyuran hujan yang disertai angin kencang di wilayah ibu kota Jakarta menyebabkan genangan banjir di sejumlah titik, Rabu (14/1). Pada pagi hari, ketinggian air di Pintu Air Manggarai, sempat memasuki tahap Siaga II setinggi 870 sentimeter.

Namun, pada pukul 10.00 WIB ketinggian air turun menjadi 830 sentimeter atau berada pada status Siaga III. Ambang batas normal dari ketinggian air di Pintu Air Manggarai sendiri adalah 750 sentimeter.

Sejumlah titik genangan yang teramati antara lain di Jakarta Timur, seperti kawasan Kampung Melayu, Bukit Duri, dan Cawang. Di Jakarta Utara, titik genangan di antaranya terjadi di Muara Baru, Kapuk Raya, dan Sunter. Di sekitar kawasan Kampung Melayu Jakarta Timur misalnya, sebagian warga mengungsi menyusul banjir yang melanda sejak Selasa (13/1) malam. Di Kel. Cawang, warga di RT 08, 09, 10, 11, dan 12 tengah bersiaga mengungsi akibat luapan air Sungai Ciliwung mulai merendam rumah mereka.

Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan Penanganan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) DKI Jakarta siap mengantisipasi bencana dan memberikan pertolongan kepada korban banjir. "Kami akan bekerja secara terpadu dengan petugas dari instansi lain dan bersifat mobile," ujar Sekretaris Satkorlak PBP DKI Hariyanto Badjuri.

Presiden sidak

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Kali Cideng, Jakarta Pusat. Dalam sidak tersebut, Presiden didampingi Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menhub Jusman Syafii Djamal, Mensesneg Hatta Rajasa, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.

Presiden mengatakan, penyelesaian masalah banjir di DKI Jakarta harus bersifat strategis dan terencana sehingga didapatkan penyelesaian secara menyeluruh.

Kepala Negara mengingatkan Pemprov DKI untuk menyiapkan langkah-langkah pencegahan sebelum banjir terjadi dan juga memiliki langkah antisipasi apabila hal tersebut sudah terjadi.

Presiden menekankan sejumlah hal sebagai upaya pencegahan, antara lain mendorong pelaksanaan penghijauan kembali lahan-lahan, penyelesaian pembangunan projek kanal banjir timur, dan perbaikan drainase di wilayah Jakarta.

Kepala Negara meminta aparat Pemprov DKI Jakarta juga melakukan pendekatan yang baik kepada masyarakat, termasuk kepada para wali kota di lima wilayah Jakarta agar mampu mencari solusi penanganan banjir di wilayahnya masing-masing.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menjelaskan kesiapan Pemprov DKI untuk menghadapi ancaman banjir, termasuk dengan Satkorlak Penanggulangan Bencana yang dimiliki mulai dari tingkat provinsi hingga kelurahan. Dengan ancaman banjir dari 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta, terdapat 186 titik rawan banjir. Untuk itu, antisipasi banjir harus dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak.

"Kondisi terburuk yang dihadapi Jakarta adalah ketika dari sisi hulu mendapat banjir kiriman, intensitas hujan di Jakarta tinggi, dan pada saat bersamaan di utara terjadi pasang air laut," ujarnya menegaskan. (A-94/A-153)



Post Date : 15 Januari 2009