|
Temuan Greeneration Indonesia menyebutkan hampir 55 persen masyarakat tidak mengetahui lokasi terakhir sampah yang dihasilkannya. Hal ini menunjukan banyak masyarakat kurang peduli dan bertanggung jawab terhadap sampah. Dalam temuan itu pun menunjukkan masyarakat bisa dengan mudah membuang sampah ke sungai atau membakarnya, yang penting sampah hilang dari depan mata. Manajer Riset dan Pendidikan Waste4Change Greeneration Indonesia Zulfikar memandang sudah waktunya membangun kesadaraan memilah sampah dari rumah. "Hanya saja masalah lainnya, ketika sudah memilah sampah, namun petugas sampah mencampurnya kembali," katanya di Jakarta, Senin (3/3). Oleh karena itu Greeneration Indonesia tengah membuat peta daur ulang sampah di Jakarta. Tujuan kegiatan ini untuk memetakan sejauhmana sampah dipilah dan dibuang. Rencananya hasil pemetaan ini akan dipublikasi pada hari Bumi 22 April mendatang. "Harapannya ada perubahan pemilahan sampah dari sumber dan perubahan gaya hidup untuk semakin peduli lingkungan. Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang pun diharapkan memalukan daur ulang," kata Zulfikar. Permasalahan sampah sebagai salah satu isu yang perlu segera ditemukan pemecahan solusinya. Oleh karena itu Greeneration memprakrasai Waste4Change untuk mendorong masyarakat bertanggung jawab terhadap sampahnya. Tragedi longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kota Cimahi, 21 Februari 2005 lalu yang mengakibatkan ratusan orang menjadi korban. Peristiwa ini semakin menguatkan bahwa permasalahan sampah belum tuntas. Bahkan, sejak tragedi tersebut, setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Direktur Utama Greeneration Indonesia M.Bijaksana Junerosano mengatakan Greeneration Indonesia sebagai organisasi berkelanjutan yang mempromosikan green attitude dan green environment melihat permasalahan sampah sebagai salah satu isu yang perlu segera ditemukan pemecahan solusinya. Untuk itu, Greeneration Indonesia membuat sebuah kewirausahaan sosial bernama Waste4Change untuk mendorong masyarakat bertanggung jawab terhadap sampahnya. Penelitian Waste4Change memperlihatkan bahwa, dari total 1.106 responden di Jabodetabek, ternyata rata-rata memiliki keinginan untuk bertanggung jawab terhadap sampahnya sebesar 7,6 poin dari nilai maksimal 10 poin. Ini adalah sebuah harapan menuju Indonesia Bebas Sampah. Greeneration Indonesia dengan program Waste4Change melakukan pendekatan dalam mengatasi masalah lingkungan melalui lima aspek manajemen persampahan yang terpadu dan terintegrasi. Pendekatan tersebut terdiri dari penegakan undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang persampahan, manajemen kelembagaan yang profesional dan terkoordinasi dari hulu (sumber timbulan sampah) ke hilir (pengelolaan sampah). Selain itu perlunya mobilisasi sumber daya dan sumber dana yang adil (retribusi yang adil), aspek teknis atau teknologi yang ramah lingkungan, aman, dan mudah bagi masyarakat. Perlu pula peran serta yang aktif dan kolaborasi antar semua pihak. Zulfikar
menambahkan Waste4Change memudahkan masyarakat untuk bertanggung jawab pada
sampahnya. "Waste4Change juga memberikan jasa pelatihan dan konsultasi serta dukungan pengelolaan sampah," ucapnya. Waste4Change adalah jasa pengelolaan sampah yang bertanggungjawab. Selain memastikan sampah yang terkumpul dapat terkelola dengan baik, Greeneration Indonesia juga berkolaborasi dengan klien-kliennya untuk mengurangi sampah mereka di sumber. Pengelolaan sampah yang baik berupa upaya mendaur ulang dan menggunakan ulang sampah yang terkumpul dari sumber dengan proses dan hasil yang baik dinilai dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial agar dapat berkelanjutan.
Post Date : 03 Maret 2014 |